Uni Eropa (UE) telah mencatat penurunan yang signifikan dalam impor pakaian jadi selama delapan bulan pertama tahun 2023. Data statistik menunjukkan bahwa impor pakaian jadi di UE mengalami penurunan sebesar 9,61%, mengubah nilai impor dari sekitar US$67,66 miliar pada periode Januari-Agustus 2022 menjadi US$61,15 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Tak hanya nilai, kuantitas pakaian jadi yang diimpor juga mengalami penurunan tajam sebesar 14,64%, menyusut dari 3 miliar kilogram menjadi 2,56 miliar kilogram.
Tidak hanya Uni Eropa yang terkena dampak penurunan ini, tetapi juga negara-negara pemasok utama pakaian jadi ke UE. Bangladesh, yang merupakan pemasok pakaian jadi terbesar kedua UE, mengalami penurunan nilai ekspor sebesar 13,71%. Pada periode Januari-Agustus 2022, ekspor Bangladesh ke UE mencapai US$15,45 miliar, sementara pada periode yang sama tahun 2023, angka tersebut turun menjadi US$13,33 miliar. Kuantitas pakaian jadi yang diekspor dari Bangladesh juga menurun sebesar 15,07%, dari 906,85 juta kilogram menjadi 770,17 juta kilogram.
Tiongkok, sebagai pemasok pakaian jadi terbesar untuk UE, juga tidak luput dari penurunan ini. Nilai ekspor Tiongkok ke UE mengalami penurunan sebesar 14,13% dari US$18,86 miliar menjadi US$16,19 miliar pada periode yang sama. Kuantitas pakaian jadi yang diimpor dari Tiongkok turun 13,05%, dari 800,34 juta kilogram menjadi 695,88 juta kilogram.
Turki, yang menduduki peringkat ketiga sebagai pemasok pakaian jadi terbesar ke UE, juga mengalami penurunan ekspor sebesar 10,89% dari segi nilai. Pada Januari-Agustus 2022, ekspor Turki ke UE mencapai US$8,24 miliar, sementara pada periode yang sama tahun 2023, angka tersebut turun menjadi US$7,35 miliar. Dari segi kuantitas, ekspor Turki ke UE mengalami penurunan sebesar 23,23%, dari 318,92 juta kilogram menjadi 244,83 juta kilogram.
Meskipun terjadi penurunan secara keseluruhan dalam impor pakaian jadi di UE, harga satuan impor pakaian jadi UE mengalami kenaikan sebesar 5,89% pada periode Januari-Agustus 2023. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga dari negara-negara pemasok seperti Tiongkok, Turki, Vietnam, Sri Lanka, dan Indonesia. Penting untuk dicatat bahwa data ini masih bersifat awal dan kemungkinan akan mengalami revisi di masa mendatang, menunjukkan bahwa terdapat sejumlah tantangan di pasar pakaian jadi UE yang perlu diatasi.