Dalam tengah tren ekspansif Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Agustus 2023, keberlanjutan pertumbuhan ekonomi terhambat oleh tantangan yang dihadapi sektor manufaktur, khususnya pada industri padat karya seperti sepatu dan tekstil. Ancaman ini menjadi sorotan utama dalam dialog antara Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik Apindo, Danang Girindrawardana, dan Kepala Center of Industry, Trade and Investment INDEF, Andry Satrio Nugroho, yang menyoroti perlunya fokus pemerintah yang lebih luas di luar aktivitas politik.

Penurunan Kinerja Sektor Padat Karya

Danang Girindrawardana, Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik Apindo, menegaskan adanya penurunan kinerja sektor manufaktur padat karya, khususnya dalam industri sepatu dan tekstil. Meskipun PMI menunjukkan angka yang menggembirakan pada Agustus 2023, sektor ini tetap mengalami kelesuan, memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi tidak merata di seluruh sektor manufaktur.

Gangguan Akibat Aktivitas Politik

Danang mengungkapkan keprihatinannya terhadap terus-menerusnya kelesuan sektor industri, sementara pemerintah lebih banyak terlibat dalam aktivitas politik. Gangguan ini terlihat dalam stagnansi industri manufaktur, bahkan ketika sektor komoditas menunjukkan kinerja perdagangan yang memuaskan. Muncul pertanyaan seputar sejauh mana politik menghambat pertumbuhan sektor yang mempekerjakan banyak tenaga kerja.

Ekspektasi Tinggi Terhadap PMI Manufaktur

Andry Satrio Nugroho, Kepala Center of Industry, Trade and Investment INDEF, menyoroti ekspektasi tinggi terhadap PMI Manufaktur. Namun, persoalan utamanya bukanlah angka PMI yang tinggi tetapi seberapa besar ekspansinya. Industri Indonesia masih terjebak dalam stagnansi, terutama di sektor-sektor utama seperti Mamin, farmasi, elektronik, otomotif, dan pada karya.

 

Pertemuan antara Danang Girindrawardana dan Andry Satrio Nugroho, seperti yang terjadi dalam Squawk Box CNBC Indonesia, menunjukkan perlunya dialog terbuka untuk mencari solusi bagi tantangan industri manufaktur. Panggilan untuk fokus pemerintah yang lebih luas di luar aktivitas politik muncul sebagai upaya untuk merestorasi pertumbuhan yang seimbang di seluruh sektor.

 

Ancaman terhadap industri manufaktur Indonesia, khususnya sektor padat karya, memerlukan perhatian serius. Meskipun PMI menunjukkan pertumbuhan, stagnansi pada sektor-sektor vital mengingatkan kita bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan memerlukan upaya kolektif. Panggilan untuk pemerintah agar tidak hanya terfokus pada aktivitas politik, tetapi juga merangkul strategi ekonomi yang inklusif, menjadi suara penting dalam membangun masa depan industri manufaktur yang kuat dan berkelanjutan di Indonesia.