Dalam dunia fashion, tren tidak pernah berhenti. Kenzo Takada pernah mengatakan, "Fashion is like eating; You shouldn't stick to the same menu." Pandangan ini menjadi cermin bagi banyak remaja yang merasa perlu menyegarkan gaya mereka dengan mencari tahu tren terbaru. Salah satu tren yang semakin diminati adalah thrifting, yaitu kegiatan membeli pakaian bekas merek ternama dari luar negeri dengan harga miring. Di Indonesia, tren ini semakin populer dan telah menjadi alternatif bagi banyak remaja untuk mendapatkan pakaian dengan harga terjangkau dan gaya yang unik.

Namun, di balik kepopulerannya, thrifting memiliki dampak buruk terhadap lingkungan. Penjualan pakaian bekas yang semakin meningkat mengakibatkan peningkatan sampah tekstil. Penjual harus memilah pakaian yang layak untuk dijual, menyebabkan peningkatan sampah tekstil yang tidak terurai. Riset pada tahun 2022 mencatat bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 2,7 ribu ton sampah tekstil dalam setahun, terutama berasal dari bisnis thrifting impor.

Akibatnya, lingkungan terkena dampak serius. Zat pewarna dari pakaian dan bahan pakaian berbahan polyester, yang berasal dari fosil, mencemari air dan mengancam keberlangsungan Sungai Citarum. Risiko ini semakin diperparah dengan adanya mikroplastik, terutama serat benang polyester, yang mencemari sungai tersebut. Dampaknya tidak hanya terhadap ekosistem sungai, namun juga terhadap kesehatan penduduk sekitar yang mengandalkan air sungai tersebut.

Bagaimana cara mengatasinya? Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mengikuti kegiatan komunitas thrifting lokal yang mengadakan event tertentu. Selain itu, memilih untuk berbelanja pakaian dari merek lokal bisa menjadi langkah untuk mengurangi dampak sampah tekstil. Meskipun harganya mungkin tidak sekompetitif barang thrifting, ini adalah langkah kecil yang dapat membantu mengurangi beban sampah dan mendukung perekonomian lokal.

Meskipun kegiatan thrifting memberikan kesenangan dan kepuasan tersendiri bagi pecintanya dengan barang bermerek dan harga terjangkau, namun dampaknya terhadap lingkungan perlu menjadi perhatian. Kita perlu menemukan keseimbangan antara gaya berpakaian yang diinginkan dan dampak ekologis yang ditimbulkannya. Sebuah gaya berpakaian yang ramah lingkungan bisa menjadi langkah kecil yang memberikan dampak besar bagi lingkungan sekitar kita.