Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) diperkirakan akan mengalami tantangan serius pada tahun 2024. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DIY memproyeksikan penurunan yang signifikan dalam ekspor sektor ini, yang dipicu oleh ketidakstabilan geopolitik global. Menurut Ketua Komtap Pembinaan & Pengembangan Sekretariat Kadin DIY, Timotius Apriyanto, ketidakstabilan geopolitik dunia berpotensi menggerus permintaan terhadap produk TPT DIY di pasar internasional. Negara-negara tujuan utama ekspor TPT DIY, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman, dipengaruhi oleh situasi ini.
Apriyanto menjelaskan bahwa penurunan permintaan tersebut dapat mencapai 40 hingga 70 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang kemudian berdampak signifikan pada neraca perdagangan DIY. TPT merupakan salah satu kontributor utama dalam ekspor DIY, bersama dengan produk lain seperti mebel, kerajinan, dan sarung tangan kulit.
Situasi tidak stabil di Eropa dan di berbagai negara lainnya membuat konsumen cenderung lebih memilih produk-produk yang dianggap esensial, sehingga menekan permintaan terhadap produk non-esensial seperti TPT DIY.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DIY menunjukkan tren penurunan ekspor sejak Mei 2023. Pada November 2023, nilai ekspor mencapai US$ 39 juta, menandai penurunan sebesar 0,26 persen dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, terjadi penurunan sebesar 8,88 persen.
Meskipun demikian, masih ada beberapa komoditas unggulan yang menjadi andalan ekspor DIY, seperti pakaian jadi bukan rajutan, perabot penerangan rumah, dan barang-barang dari kulit. Amerika Serikat tetap menjadi pangsa ekspor terbesar bagi DIY, diikuti oleh Jerman dan Jepang.
Di sisi impor, nilai impor DIY pada November 2023 mengalami kenaikan sebesar 34,21 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Tiongkok, Hong Kong, dan Amerika Serikat menjadi negara pemasok utama barang impor DIY.
Meskipun neraca perdagangan masih mengalami surplus pada November 2023, sebesar US$ 23,7 juta, total surplus sepanjang Januari hingga November 2023 masih rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah disarankan untuk memberikan kebijakan fiskal dan insentif kepada pelaku usaha dan industri TPT DIY, agar mereka dapat bertahan dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini. Selain itu, inovasi dan diversifikasi produk juga menjadi kunci untuk menjaga daya saing di pasar internasional, sehingga industri TPT DIY dapat tetap berkembang meskipun dalam kondisi yang menantang.