Resesi ekonomi yang melanda Jepang dan Inggris ternyata tidak hanya menjadi masalah domestik bagi kedua negara tersebut, tetapi juga memiliki dampak yang dirasakan secara global, termasuk bagi ekspor Indonesia. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengungkapkan bahwa sektor tekstil, alas kaki, hasil laut, dan perikanan Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu yang terdampak secara signifikan oleh resesi tersebut. Menurut Eko, meskipun dampaknya masih terbatas pada tahap ini, namun beberapa sektor ekspor Indonesia, seperti tekstil, alas kaki, hasil laut, dan perikanan, kemungkinan akan merasakan pengaruhnya. Hal ini terutama terlihat seiring dengan menipisnya surplus dagang Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan yang cukup signifikan dalam ekspor Indonesia pada Januari 2024. Ekspor nonmigas, yang merupakan salah satu komponen utama ekspor Indonesia, mengalami penurunan sebesar 8,54 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, serta turun 8,20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jepang, sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia, juga terkena dampak resesi. Ekspor Indonesia ke Jepang pada tahun 2023 mencapai US$18,8 miliar, dengan komoditas utama termasuk batubara, komponen elektronik, nikel, otomotif, produk perikanan seperti lobster mutiara, ikan segar, dan rumput laut, serta produk kayu dan karet. Dengan kondisi ekonomi Jepang yang mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut, hal ini mengindikasikan bahwa negara tersebut telah masuk ke dalam resesi.
Sementara itu, Inggris juga telah merasakan dampak yang serupa, dengan pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut. Dengan PDB yang kontraksi sebesar 0,3 persen pada kuartal IV-2023, dan 0,1 persen pada kuartal sebelumnya, Inggris juga resmi memasuki jurang resesi.
Dengan kondisi ini, penting bagi sektor-sektor ekspor Indonesia, terutama tekstil, alas kaki, hasil laut, dan perikanan, untuk bersiap-siap menghadapi potensi penurunan permintaan dari pasar luar negeri, terutama Jepang dan Inggris. Perlu adanya strategi yang kuat dan adaptabilitas yang tinggi agar dapat mengatasi tantangan ekonomi ini dan meminimalkan dampak negatifnya bagi perekonomian Indonesia.