Industri tekstil di Indonesia terus menghadapi tantangan besar, dengan jumlah buruh yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) diperkirakan akan terus meningkat. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, mengungkapkan adanya laporan terbaru mengenai tambahan jumlah PHK di sektor ini.
Sebelumnya, Ristadi mengumumkan bahwa sekitar 500 buruh tekstil di Bandung akan terkena PHK pada akhir Agustus 2024. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa ada tambahan 114 buruh yang akan kehilangan pekerjaan di wilayah Bandung, tepatnya di perbatasan dengan Cimahi. Ini terjadi di luar dugaan dan di luar laporan sebelumnya.
Selain di Bandung, gelombang PHK juga melanda Jawa Tengah. Diperkirakan sekitar 400 buruh akan kehilangan pekerjaan dalam waktu sepekan ke depan. PHK ini terjadi karena sejumlah pabrik tekstil memutuskan untuk menutup operasionalnya secara bertahap, yang berdampak pada pengurangan jumlah karyawan hingga penutupan total.
Menurut Ristadi, salah satu pabrik di Jawa Tengah yang awalnya mempekerjakan sekitar 2.500 orang kini hanya menyisakan 400 karyawan. Namun, pabrik ini juga diprediksi akan segera ditutup, mengakibatkan PHK massal pada bulan Agustus.
Salah satu penyebab utama dari gelombang PHK ini adalah sulitnya industri tekstil mendapatkan pesanan baru. Kondisi keuangan perusahaan yang semakin tertekan membuat pengusaha tidak memiliki pilihan lain selain melakukan efisiensi, yang berujung pada penutupan pabrik.
Ristadi menambahkan bahwa mendapatkan pesanan baru dalam industri tekstil tidaklah mudah dan memerlukan waktu. Ketika arus kas perusahaan semakin terpuruk, banyak pengusaha yang akhirnya memutuskan untuk menutup bisnisnya.
Gelombang PHK ini menjadi tantangan serius bagi pekerja di sektor tekstil, serta mencerminkan kondisi ekonomi yang masih belum pulih sepenuhnya di industri padat karya tersebut.