Penyelamatan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri tidak boleh hanya terfokus pada satu perusahaan. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eisha Maghfiruha Rachbini, menekankan pentingnya pendekatan yang menyeluruh dalam menjaga kelangsungan industri TPT. "Yang perlu ditekankan adalah penyelamatan industri tekstil, bukan hanya pada satu perusahaan saja," jelas Eisha pada Senin (28/10).
Eisha menyoroti bahwa selain membantu perusahaan, pemerintah juga perlu memperhatikan pekerja yang terdampak. Perlindungan sosial bagi pekerja penting agar mereka tidak kehilangan daya beli dan tidak menambah jumlah masyarakat yang masuk ke kelompok miskin. Dengan demikian, peran pemerintah sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi sektor ini.
Eisha menyarankan beberapa kebijakan konkret yang dapat dilakukan pemerintah, seperti membuka peluang pasar untuk produk tekstil dalam negeri dan mencegah masuknya produk tekstil ilegal serta impor pakaian bekas. Ia juga menekankan pentingnya diplomasi internasional dan kerja sama untuk membuka pasar ekspor baru di negara-negara non-tradisional. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan yang berarti bagi industri TPT di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Dari sisi perusahaan, Eisha mendorong agar perusahaan tekstil lebih inovatif dan efisien dalam menjalankan usahanya. “Perusahaan harus cepat melakukan inovasi dan efisiensi usaha, seperti mencari pasar baru ekspor ke negara non-tradisional, dan memanfaatkan peluang pasar domestik melalui penciptaan captive market, misalnya pengadaan seragam sekolah atau pegawai dengan bahan tekstil dalam negeri,” ujarnya.
Saat ini, industri tekstil dalam negeri mengalami penurunan kinerja, bahkan berada di titik kritis. Hal ini ditandai dengan situasi yang dialami PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex, perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang baru-baru ini dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang, Jawa Tengah. Menanggapi situasi ini, Komisaris Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan strategi besar untuk menyelamatkan perusahaan tersebut.
Dalam konteks ini, kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri menjadi sangat penting untuk menjaga keberlangsungan sektor tekstil di Indonesia. Upaya penyelamatan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup kebijakan untuk mendukung perusahaan, perlindungan pekerja, serta pengembangan pasar domestik dan ekspor.