Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diprediksi membawa dampak signifikan bagi sektor industri Indonesia, khususnya tekstil. Direktur Eksekutif Center of Economic Reform (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menilai bahwa kepemimpinan Trump berbeda jauh dibandingkan dengan Presiden Joe Biden, terutama dalam kebijakan perdagangan internasional.

Perbandingan Era Biden dan Trump

Menurut Faisal, perdagangan internasional di masa pemerintahan Biden jauh lebih bergairah meskipun dunia menghadapi pandemi COVID-19. Sebaliknya, kebijakan Trump yang proteksionis dinilai cenderung memperlambat pertumbuhan perdagangan global.

Trump dikenal dengan kebijakan "America First" yang menitikberatkan pada mendorong industri domestik melalui pemangkasan pajak, peningkatan tarif impor, serta insentif untuk menarik investasi ke dalam negeri. Kebijakan tersebut tidak hanya menekan perdagangan internasional tetapi juga memengaruhi nilai tukar global, termasuk di Indonesia.

Dampak pada Industri Tekstil Indonesia

Bagi sektor tekstil Indonesia, kebijakan Trump yang berfokus pada melindungi pasar domestik AS dapat menghadirkan dua ancaman besar:

Hambatan Ekspor ke AS
Peningkatan tarif impor oleh Trump diprediksi akan mempersulit tekstil Indonesia untuk bersaing di pasar AS. Hal ini berpotensi mengurangi volume ekspor Indonesia ke negara tersebut.

Banjir Produk Tekstil dari China
Trump diperkirakan kembali membatasi akses produk China ke pasar AS. Kebijakan ini memaksa China mencari pasar alternatif untuk barang-barangnya, salah satunya Indonesia. Dengan kondisi oversupply di pasar global, barang tekstil dari China yang lebih murah dan masif dapat membanjiri pasar domestik Indonesia, meningkatkan tekanan pada industri lokal.

Faisal mengungkapkan bahwa saat ini saja, impor tekstil dan produk tekstil dari China ke Indonesia sudah mencapai pertumbuhan 12,5%, meskipun ekspor Indonesia ke China tercatat minus 2,8%. Angka ini berpotensi meningkat seiring kebijakan proteksionis Trump terhadap China.

Langkah Antisipasi yang Diperlukan

Untuk menghadapi potensi ancaman ini, pemerintah dan pelaku industri tekstil Indonesia perlu segera mengambil langkah strategis, seperti:

Peningkatan Daya Saing Industri Lokal: Mengembangkan teknologi, meningkatkan kualitas produk, serta memperbaiki efisiensi operasional di sektor tekstil.
Diversifikasi Pasar Ekspor: Mengurangi ketergantungan pada pasar AS dengan memperluas akses ke negara-negara lain yang memiliki potensi besar.
Pengendalian Impor: Memperketat regulasi terhadap produk tekstil impor, terutama dari China, agar industri lokal tidak tenggelam oleh produk asing.

Kembalinya Trump sebagai Presiden AS membawa tantangan besar bagi industri tekstil Indonesia. Proteksionisme yang menjadi ciri khas kebijakannya tidak hanya mempersempit peluang ekspor tetapi juga memperburuk masalah oversupply global, yang berujung pada banjir produk murah dari China. Langkah antisipatif yang cepat dan tepat diperlukan agar industri tekstil Indonesia tetap bertahan dan mampu bersaing di tengah tekanan global yang semakin kompleks.