Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, industri garmen di Indonesia berada dalam tekanan berat. Tantangan seperti fluktuasi biaya produksi, keterbatasan tenaga kerja terampil, serta ketergantungan pada proses manual membuat pelaku usaha harus berpikir ulang tentang efisiensi operasional. Di tengah situasi tersebut, transformasi digital menjadi kunci untuk menjaga daya saing.
Menjawab tantangan ini, Pukka Indonusa, penyedia mesin dan software otomasi, hadir dalam ajang Indo Intertex 2025 yang digelar pada 15–17 April 2025 di JIExpo Kemayoran. Mereka membawa solusi teknologi yang tidak hanya siap diterapkan, tapi juga mampu mendorong percepatan transformasi industri garmen Indonesia. Solusi yang ditawarkan meliputi mesin dan software dengan sistem terintegrasi, yang mampu mengurangi proses manual, meningkatkan akurasi, serta mempercepat pengambilan keputusan.
Menurut Suhadi, Direktur Pukka Indonusa, industri manufaktur tekstil dan garmen membutuhkan lebih dari sekadar mesin. Dibutuhkan mitra teknologi yang benar-benar memahami kompleksitas produksi modern. Ia menegaskan bahwa transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Investasi pada alat otomatisasi bukan semata soal pembelian mesin, tetapi keputusan strategis untuk memperkuat daya saing dalam lanskap pasar yang terus berubah.
Laporan terbaru Bank Dunia tahun 2025 mencatat bahwa sektor manufaktur global mengalami perlambatan dengan penurunan pertumbuhan sekitar 1,7 persen. Faktor seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan dagang internasional turut memengaruhi kondisi tersebut, termasuk bagi negara berkembang seperti Indonesia. Di tengah tantangan itu, Pukka Indonusa melihat adanya peluang untuk membantu industri lokal beradaptasi dan berkembang melalui adopsi teknologi.
Tak hanya memamerkan teknologi, Pukka Indonusa juga mengedukasi pelaku industri tentang pentingnya integrasi sistem digital secara bertahap. Pendekatan ini diyakini mampu mempercepat proses transformasi sekaligus menjaga keberlanjutan bisnis jangka panjang.