Popularitas wastra atau kain tradisional Nusantara terus mengalami peningkatan dalam dunia fashion tanah air. Tak hanya sebagai busana formal, kini wastra tampil dalam berbagai gaya modern, termasuk busana kasual yang bisa dikenakan sehari-hari. Fenomena ini mendorong keterlibatan lebih luas dari para perajin batik dalam proses produksi.
Dameria Ambuwaru, pengusaha busana asal Surabaya yang juga Ketua Perkumpulan Pengusaha Busana (PERSANA) Jawa Timur, menegaskan pentingnya kolaborasi dengan perajin batik. Menurutnya, kerja sama antara desainer dan perajin tidak hanya mempercepat proses produksi, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi kedua belah pihak. Ia menyebut penggunaan batik cap menjadi pilihan yang lebih cepat, sementara batik tulis tetap digemari karena keunikan dan nilai seninya.
PERSANA, yang menaungi banyak desainer di Jawa Timur, secara aktif mengampanyekan penggunaan wastra Nusantara agar tetap eksis di tengah gempuran produk luar negeri. Mereka ingin menunjukkan bahwa tekstil tradisional seperti batik dan tenun bisa bersaing dalam panggung fashion modern global.
Wastra kini tidak hanya terbatas pada acara resmi, melainkan mulai merambah gaya busana santai dan kekinian. Inovasi desain yang memadukan unsur tradisional dengan potongan kontemporer membuat wastra tetap relevan di berbagai kalangan, termasuk generasi muda. Dengan sentuhan desain yang tepat, kain-kain tradisional tampil elegan dan berkelas, cocok dikenakan dalam berbagai kesempatan, bahkan pesta sekalipun.
Salah satu desainer yang konsisten menggunakan batik dalam karyanya adalah Lia Afif. Dalam acara Surabaya Culture Fashion 2025, ia memamerkan delapan koleksi busana yang memadukan batik sogan dengan lurik dan renda. Karya-karyanya mengusung konsep "ready to wear" hingga "ready to wear deluxe", menunjukkan bahwa batik bisa diolah menjadi busana praktis tanpa kehilangan nilai estetika.
Menurut Lia, bermain dengan motif batik memberikan pengalaman yang menarik karena kekayaan pola dan warna yang bisa dieksplorasi. Ia pun melihat adanya pergeseran selera, di mana wastra tak lagi identik dengan kalangan usia tua, tetapi semakin digemari oleh anak muda yang ingin tampil unik dan berkarakter.
Di tengah derasnya arus produk asing, pelaku industri fashion berharap penggunaan wastra Nusantara bisa menjadi bentuk cinta produk lokal. Melalui inovasi desain dan kolaborasi dengan perajin, wastra tidak hanya lestari, tetapi juga tampil sebagai simbol gaya hidup modern yang tetap berakar pada budaya Indonesia.