Ekspor produk tekstil dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada awal tahun 2024 menunjukkan peningkatan, namun masih jauh dari potensi maksimalnya. Disperindag DIY telah mencatat bahwa ekspor tekstil pada Januari dan Februari 2024 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022. Syam Arjayanti, Kepala Disperindag DIY, mengungkapkan bahwa langkah-langkah strategis sedang diambil untuk memperbaiki situasi ini.
Menurut Arjayanti, komunikasi yang terus-menerus dengan para pelaku usaha tekstil menjadi salah satu strategi yang dilakukan oleh Disperindag DIY. Hal ini bertujuan untuk mengatasi kendala yang mungkin muncul dalam proses ekspor, sehingga proses ekspor bisa berjalan lebih lancar dan optimal. Selain itu, Disperindag DIY juga sedang mengimplementasikan arahan Gubernur DIY untuk menjadikan Yogyakarta sebagai pusat fesyen dunia. Langkah ini melibatkan serangkaian kegiatan seperti inkubasi, pameran, dan lainnya, guna mendorong ekspansi produk tekstil ke pasar internasional dengan brand-brand yang dikenal di mancanegara.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah terkait dengan momen Lebaran. Meskipun momen ini merupakan waktu yang penting di Indonesia, untuk ekspor tekstil, hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri. Pembatasan pengiriman kontainer melalui jalan umum menjelang dan sesudah Lebaran bisa mempengaruhi jadwal pengiriman barang ke luar negeri. Namun, Arjayanti menegaskan bahwa kondisi ini tidak signifikan memengaruhi ekspor secara keseluruhan, mengingat pasar internasional tidak mengenal momen Lebaran seperti di Indonesia.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DIY menunjukkan adanya fluktuasi dalam ekspor tekstil DIY. Meskipun terjadi penurunan dalam ekspor bulanan pada Januari 2024 jika dibandingkan dengan Desember 2023, namun secara tahunan terjadi peningkatan dari posisi Januari 2023. Namun, dibandingkan dengan tahun 2022, angka ekspor masih lebih rendah. Hal ini mengindikasikan perlunya upaya lebih lanjut untuk memperkuat sektor tekstil DIY.
Sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY telah memproyeksikan peningkatan industri tekstil sebesar 15% pada tahun 2024. Namun, pada kuartal pertama tahun ini, beberapa industri tekstil justru mengalami penurunan hingga 30% dari kapasitas produksi. Hal ini menunjukkan bahwa proyeksi pertumbuhan belum sepenuhnya terwujud dalam kenyataannya, dan faktor-faktor seperti kondisi geopolitik global juga dapat memengaruhi realisasi proyeksi tersebut.
Dalam menghadapi tantangan ini, langkah-langkah strategis yang terarah dan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan asosiasi industri sangatlah penting. Dengan memperkuat infrastruktur ekspor, memperluas pasar, dan meningkatkan kualitas produk, DIY dapat meningkatkan daya saingnya dalam pasar global serta mewujudkan potensi ekspor tekstil yang lebih besar. Diharapkan dengan langkah-langkah ini, DIY dapat meraih kesuksesan dalam menjadikan tekstil sebagai salah satu komoditas unggulan yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.