Ketidakpastian Pasca Pandemi Berakhirnya pandemi COVID-19 belum mampu mendorong pemulihan kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia. Anjloknya permintaan pasar ekspor, kenaikan harga bahan baku, dan tertekannya pasar lokal akibat serbuan produk impor membuat industri TPT masih belum bangkit dari keterpurukan. Kondisi ini semakin diperparah dengan melemahnya daya beli masyarakat, yang menambah tekanan pada industri ini.

Tantangan Bisnis Tekstil
Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), David Leonardi, mengkonfirmasi tantangan bisnis tekstil yang semakin kompleks. Salah satu tantangan utama adalah naiknya harga bahan baku akibat pelemahan Rupiah. Selain itu, tidak adanya pasar yang stabil akibat serbuan produk impor menambah kesulitan bagi produsen tekstil lokal. "Serbuan produk impor membuat industri lokal sulit bersaing, mengingat harga produk impor seringkali lebih murah," ujar David.

Dampak Terhadap Tenaga Kerja
Tekanan yang terus meningkat pada industri TPT menyebabkan ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan penutupan pabrik semakin nyata. Banyak pabrik tekstil yang terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerjanya atau bahkan menutup operasionalnya secara keseluruhan. Melemahnya daya beli masyarakat juga berkontribusi pada penurunan penjualan produk tekstil lokal, membuat banyak pabrik kesulitan untuk bertahan.

Upaya Pelaku Usaha
Dalam menghadapi kondisi yang penuh tantangan ini, pelaku usaha tekstil berupaya untuk tetap bertahan dengan berbagai strategi. Beberapa di antaranya adalah:

Diversifikasi Produk: Produsen tekstil berusaha untuk mengembangkan berbagai jenis produk yang memiliki nilai tambah dan pasar yang lebih luas.
Efisiensi Operasional: Melakukan efisiensi dalam proses produksi untuk menekan biaya operasional.
Peningkatan Kualitas: Fokus pada peningkatan kualitas produk untuk bersaing dengan produk impor.
Inovasi dan Teknologi: Mengadopsi teknologi baru dalam proses produksi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.
Kolaborasi dengan Pemerintah: Melalui Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), pelaku usaha terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk mencari solusi terbaik dalam menghadapi serbuan produk impor dan melemahnya daya beli.
Dialog dengan Wakil Ketua API
Dalam dialog dengan Bramudya Prabowo pada program "Profit" pada Kamis, 20 Juni 2024, David Leonardi menyampaikan pandangannya tentang tekanan yang dihadapi industri tekstil di Indonesia. Ia menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam melindungi industri lokal melalui kebijakan yang mendukung, serta perlunya strategi bisnis yang adaptif dari para pelaku usaha untuk bertahan di tengah tantangan ini.

David juga menekankan bahwa industri tekstil masih memiliki potensi besar untuk bangkit, namun dibutuhkan langkah-langkah konkret baik dari pihak pemerintah maupun industri sendiri untuk menciptakan kondisi yang lebih stabil dan mendukung pertumbuhan.

Kesimpulan
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia masih menghadapi tekanan berat pasca pandemi COVID-19. Naiknya harga bahan baku, serbuan produk impor, dan melemahnya daya beli masyarakat menjadi tantangan utama yang harus dihadapi. Meskipun demikian, dengan berbagai upaya dan dukungan dari pemerintah, industri ini masih memiliki peluang untuk pulih dan kembali bangkit.