Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melihat Afrika sebagai pasar nontradisional yang sangat prospektif untuk produk tekstil dan industri lainnya dari Indonesia. Dalam momentum Indonesia Africa-Forum (IAF) 2024, Kadin berharap para pelaku usaha Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk memperluas akses pasar ke negara-negara di benua Afrika.

Ketua Kadin, Arsjad Rasjid, mengungkapkan bahwa pertemuan kedua antara Indonesia dan Afrika ini menghasilkan banyak kesepakatan bisnis antara pelaku usaha dari kedua negara. Ia juga menekankan pentingnya bagi pelaku usaha kecil, menengah, dan mikro (UMKM) untuk turut memanfaatkan peluang tersebut. Menurut Arsjad, Afrika kini harus dilihat sebagai opsi pasar nontradisional yang memerlukan pemahaman dan edukasi lebih lanjut di dunia usaha.

Arsjad meyakini bahwa Afrika memiliki potensi besar sebagai pasar, terutama mengingat populasinya yang besar dan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang mencapai 8%. Dengan pertumbuhan yang pesat ini, Afrika dipandang sebagai pasar yang menjanjikan bagi produk-produk Indonesia, termasuk tekstil.

Selain itu, Indonesia dianggap telah lebih maju dalam pengembangan teknologi dan produk, sehingga dapat menjalin kerja sama di berbagai sektor seperti produk manufaktur tekstil, energi, dan digitalisasi. Arsjad mencontohkan bahwa pengiriman barang jadi, seperti produk tekstil, ke Afrika merupakan peluang yang potensial. Ia menekankan bahwa meskipun Afrika masih dalam tahap perkembangan, peluang bisnis di benua tersebut sangat besar.

Namun, Arsjad juga mengakui bahwa masih ada keraguan di kalangan pelaku usaha untuk memperluas akses pasar ke Afrika. Saat ini, hanya perusahaan-perusahaan besar yang berani melakukan ekspansi bisnis ke kawasan tersebut. Kadin berharap ke depannya UMKM juga dapat membangun koneksi dengan pasar Afrika sehingga produk-produk industri rumah tangga Indonesia dapat diekspor ke benua itu.

Kadin telah memikirkan beberapa inisiatif, seperti program Kadin Trade in House dan penyediaan gudang penyimpanan (warehousing), yang diharapkan dapat membantu UMKM masuk ke pasar Afrika. Namun, Arsjad menekankan bahwa tahap pertama adalah edukasi, dengan harapan bahwa UMKM juga bisa merambah pasar Afrika di masa depan.

Di sisi lain, Arsjad juga menyoroti potensi Afrika sebagai mitra dalam pengembangan sumber daya mineral, terutama untuk membangun ekosistem kendaraan listrik (EV). Ia mencontohkan bahwa meskipun Indonesia memiliki cadangan nikel, namun tidak memiliki litium, sementara Afrika memiliki sumber daya tersebut.

Arsjad juga menyoroti upaya Pertamina dalam mengembangkan bisnis eksplorasi dan industri hulu minyak dan gas bumi di enam negara Afrika selama 10 tahun terakhir. Menurutnya, ini adalah langkah penting karena negara manapun membutuhkan minyak untuk mendukung subsidi, dan mendapatkan minyak dengan biaya lebih rendah atau memiliki aset tersebut dapat memberikan nilai lebih bagi Indonesia.

Dengan berbagai potensi yang ada, Afrika dipandang sebagai pasar dan mitra strategis bagi Indonesia dalam berbagai sektor, termasuk tekstil, energi, dan pengembangan sumber daya alam.