Pameran tekstil terbesar Indonesia bertajuk Indonesian Textiles Exhibition yang pertama kali diadakan di Bern, Swiss, pada 4-8 September 2024 berhasil memukau ribuan pengunjung. Acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern (KBRI Bern) ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan tekstil tradisional Indonesia, terutama batik dan songket, kepada masyarakat internasional.

Pameran ini menjadi sorotan berkat kolaborasi antara KBRI Bern dan Organisasi Quilt Bern, dengan dukungan Pemerintah Kota Bern. Seni quilt, yang memadukan lapisan kain dalam corak yang indah, disatukan dengan batik Indonesia untuk menghasilkan karya unik bernuansa Nusantara. Sebanyak 70 karya quilt batik dikurasi oleh Quilt Bern dengan menggunakan kain batik dari PT Batik Semar Indonesia. Pameran ini diadakan di Gedung Grosse Orangerie, sementara di Gedung Kleine Orangerie terdapat pameran busana Indonesia oleh PT Songket Bernhard Bart dan perancang muda Indonesia, Diana Rikasari.

Quilt Batik: Kolaborasi Seni Tekstil Indonesia-Swiss

Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Ngurah Swajaya, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pameran ini adalah platform penting untuk mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri. "Selain memperkenalkan seni dan budaya Indonesia, pameran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman lintas budaya," ujarnya.

Karya para seniman quilt yang memadukan motif batik dengan teknik quilt mendapat apresiasi tinggi. Kreasi ini menciptakan seni tekstil baru yang indah dan unik. Pameran ini, menurut Dubes Ngurah, juga diharapkan bisa meningkatkan minat pengunjung terhadap seni budaya dan produk Indonesia, terutama batik dan wastra lainnya.

Antusiasme Pengunjung dan Apresiasi Lokal

Lebih dari 2.000 pengunjung dari berbagai latar belakang, termasuk para duta besar, komunitas seni, dan warga Swiss, mengunjungi pameran selama lima hari penyelenggaraannya. Acara ini juga diisi dengan berbagai kegiatan budaya, seperti workshop membatik, fashion show kebaya, serta pertunjukan tari tradisional Indonesia. Salah satu karya yang paling menarik perhatian adalah quilt tiga dimensi yang menampilkan keindahan alam, arsitektur, dan peta Indonesia.

Trix Bühlmann-Epple, pendiri Quilt Bern, menyatakan bahwa tantangan memadukan quilt dengan batik disambut dengan antusias oleh seniman dari Swiss, Eropa, dan Amerika Serikat. Tantangan ini menghasilkan karya-karya inovatif yang mengangkat estetika tekstil Indonesia.

Songket Bernhard Bart: Upaya Melestarikan Tenun Tradisional

Salah satu sorotan pameran adalah koleksi kain songket dari Bernhard Bart, seorang warga Swiss yang telah melestarikan seni tenun songket sejak 2008 melalui PT Songket Bernhard Bart di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Bart melibatkan generasi muda lokal dalam proses tenun, dengan tujuan menjaga kelestarian keahlian ini. "Saya ingin menghidupkan kembali kehalusan kain tenun tangan dan membawa teknik tenun songket ke masa kejayaan baru," ungkapnya.

Jembatan Budaya Indonesia-Swiss

Pameran ini tidak hanya menjadi sarana promosi budaya, tetapi juga memperkuat hubungan antarwarga (people-to-people contact) antara Indonesia dan Swiss. Banyak pengunjung yang pernah mengunjungi Indonesia dan hadir di pameran untuk mengobati kerinduan akan negeri tropis tersebut. Bahkan, beberapa pengunjung tertarik untuk membeli kain batik dan kebaya yang dipamerkan.

Keberhasilan Indonesian Textiles Exhibition di Bern menjadi bukti bahwa budaya tekstil Indonesia memiliki daya tarik besar di mata dunia. Selain membangkitkan rasa cinta terhadap seni tekstil, pameran ini juga diharapkan dapat mempererat hubungan budaya antara kedua negara.