Dalam industri fashion, inovasi terus menjadi kunci untuk memenuhi tuntutan konsumen yang semakin berkembang. Salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan adalah pemilihan kain, yang memiliki dampak langsung pada hasil akhir sebuah produk tekstil. Di tengah evolusi tren dan preferensi konsumen, PT Berkaos Sandang Nusantara, perusahaan custom retail terkemuka, telah mengumumkan langkah inovatifnya untuk meningkatkan kualitas kain kaos katun combed. Kain kaos katun combed menjadi pilihan populer di dunia tekstil dan fashion, terutama untuk pembuatan kaos, karena kelembutannya yang luar biasa. Proses combed menghasilkan kain yang halus dan nyaman, menjadikannya pilihan yang ideal untuk pemakaian sehari-hari. Kelembutan ini tidak mengorbankan kekuatan atau ketahanan kain, sehingga kaos tetap tahan lama meskipun digunakan secara berulang.
Industri serat sintetis Indonesia menghadapi ancaman serius terhadap kelangsungan produksinya akibat dari implementasi Peraturan Menteri Perdagangan No. 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Aturan baru ini, yang direncanakan akan mulai berlaku pada 9 Maret 2024, telah memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri akan kemungkinan berhentinya produksi secara keseluruhan. Salah satu aspek yang menjadi perhatian utama dalam regulasi ini adalah perubahan pengawasan impor dari pos-border menjadi border, yang berarti semua barang impor harus melalui proses pemeriksaan di pelabuhan sebelum diizinkan masuk ke dalam negeri. Hal ini memunculkan tantangan baru bagi industri, terutama dalam hal perolehan bahan baku.
Industri Polyester di Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar yang dapat mengancam kelangsungannya karena kesulitan memenuhi kebutuhan bahan bakunya, yaitu Mono Etilen Glikol (MEG). Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatifnya terhadap industri turunannya, seperti industri tekstil dan sektor lainnya. Menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswata, masalah ini disebabkan oleh kebijakan yang kurang cermat dalam mengatur pasokan MEG, yang saat ini mengalami kelangkaan atau shortage. Kebutuhan MEG di Indonesia yang mencapai 600.000 ton per tahun jauh melebihi kapasitas produksi domestik yang hanya sekitar 200.000 ton per tahun. Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia bahkan hanya mampu memproduksi sekitar 50.000 ton MEG per tahun.
Page 340 of 390