Investasi senilai Rp 10,2 triliun yang masuk ke sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada 2024 disambut positif, namun dinilai belum cukup untuk memulihkan industri yang tengah terpuruk. Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Farhan Aqil Syauqi, menegaskan bahwa meski patut disyukuri, investasi tersebut tidak bisa serta-merta menggantikan kapasitas produksi dan tenaga kerja yang telah kehilangan pekerjaan akibat gelombang penutupan perusahaan.
Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada investasi industri pakaian jadi, yakni tumbuh 124,9 persen dari Rp 4,53 triliun pada 2023 menjadi Rp 10,20 triliun di tahun 2024. Namun, pertumbuhan industri tekstil hanya mencapai 0,09 persen, sementara industri pakaian jadi dan kulit masing-masing mencatatkan pertumbuhan 5,78 persen dan 6,83 persen. Angka-angka ini menunjukkan ketimpangan antara masuknya investasi dan kondisi riil di lapangan.
Farhan juga menyoroti ancaman lanjutan terhadap tenaga kerja, mengingat tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) diperkirakan masih akan terus berlanjut. Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, sepanjang Januari hingga Juni 2025, terdapat 42.385 tenaga kerja yang terdampak PHK di sektor ini.
Meskipun Indonesia telah menyepakati dua perjanjian dagang penting—yakni tarif resiprokal dengan Amerika Serikat dan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang kini dalam tahap finalisasi—Farhan menekankan bahwa hal tersebut belum cukup untuk membalikkan keadaan industri.
Ia menilai, saat ini banyak investasi baru yang masuk namun tidak sebanding dengan jumlah investasi yang menjadi idle karena pabrik berhenti beroperasi atau bahkan tutup permanen. Hal inilah yang menyebabkan utilisasi industri nasional masih berada dalam tren penurunan. Untuk itu, Farhan menekankan perlunya penambahan investasi secara agregat dan terintegrasi agar industri tekstil nasional bisa kembali tumbuh dan bangkit dari tekanan yang berkepanjangan.