Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) mencatat kinerja positif sepanjang tahun, dengan pertumbuhan signifikan pada subsektor tekstil dan pakaian jadi yang mencapai 5,39 persen dalam satu tahun terakhir.

Menurut Agus, kinerja subsektor ini berkontribusi sebesar 0,98 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan berhasil menyerap 3,76 juta tenaga kerja, menjadikannya salah satu sektor padat karya yang vital bagi perekonomian Indonesia.

“Subsektor tekstil dan pakaian jadi tumbuh 5,39 persen, menyumbang hampir satu persen terhadap PDB dan menyerap jutaan tenaga kerja. Ini menjadi indikator bahwa industri padat karya kita terus menunjukkan ketahanan dan daya saing di tengah tantangan global,” ujar Agus di Jakarta, Senin (20/10/2025).

Secara keseluruhan, sektor IKFT tumbuh sebesar 4,75 persen selama periode Oktober 2024 hingga Juni 2025, dengan kontribusi 3,87 persen terhadap PDB nasional. Total investasi sektor ini mencapai Rp136,26 triliun, sementara nilai ekspor tercatat 47,95 miliar dolar AS. Sektor ini juga telah menyerap 6,71 juta tenaga kerja, menegaskan perannya sebagai salah satu pilar utama industri pengolahan nonmigas di Indonesia.

Selain subsektor tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang kulit, dan alas kaki juga mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 8,13 persen, dengan tingkat utilisasi kapasitas mencapai 79,23 persen. “Angka ini menunjukkan adanya efisiensi dan peningkatan produktivitas yang kuat,” ujar Agus.

Sementara itu, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 5,85 persen, memberikan kontribusi 1,81 persen terhadap PDB, dengan ekspor mencapai 20,32 miliar dolar AS dan investasi sebesar Rp58,21 triliun. Subindustri karet, barang karet, dan plastik tumbuh 2,27 persen dengan serapan tenaga kerja sekitar 0,55 juta orang serta nilai ekspor 6,52 miliar dolar AS.

Adapun industri barang galian nonlogam tumbuh 0,18 persen, dengan investasi Rp19,23 triliun dan utilisasi kapasitas 59,36 persen. Meskipun pertumbuhannya relatif stabil, sektor ini tetap berperan penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur nasional.

Direktur Jenderal IKFT, Taufik Bawazier, menambahkan bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi adalah kebijakan impor yang kini lebih terkontrol. “Sekarang sudah ada Permendag yang mengatur garmen dan impor komoditas tekstil. Insya Allah ke depan pertumbuhannya bisa lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Dengan capaian tersebut, pemerintah optimistis sektor tekstil dan pakaian jadi akan terus menjadi motor penggerak ekonomi nasional, terutama melalui penguatan industri dalam negeri, peningkatan ekspor, dan penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan.