Kontroversi Gagal Bayar Investree: Lender Ambil Jalur Hukum, Investree Berjanji Penyelesaian Optimal
Munculnya permasalahan gagal bayar di industri fintech peer to peer (P2P) lending kembali menjadi sorotan, kali ini melibatkan PT Investree Radhika Jaya (Investree). Beberapa lender yang merasa dirugikan telah mengambil langkah ekstrem dengan menggugat Investree ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pada tanggal 11 Januari 2024, sebanyak 16 lender mengajukan gugatan atas dasar perkara wanprestasi atau gagal bayar, dengan nomor perkara 43/Pdt.G/2024/PN JKT.SEL. Meskipun belum ada detail lebih lanjut yang terungkap dalam perkara tersebut, penggugat mengklaim bahwa masalah ini telah berlangsung lama dan belum terselesaikan.
Masa kampanye menuju pemilihan umum (pemilu) 2024 di Tanah Air tidak hanya memunculkan semangat politik, namun juga membawa dampak positif bagi sejumlah industri dan bisnis. Dalam pandangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), terdapat lima industri yang berpotensi meraih cuan lebih tinggi dari biasanya selama periode pemilu tersebut.
Industri global, termasuk industri pengolahan dan tekstil, kini menghadapi tantangan besar akibat ketegangan geopolitik yang terus memanas di Laut Merah. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi stabilitas politik, tetapi juga menimbulkan dampak signifikan pada ongkos logistik, distribusi barang, dan kinerja ekonomi di berbagai sektor. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, menyoroti dampak negatif konflik di Laut Merah terhadap industri pengolahan. Ongkos logistik untuk distribusi barang ke wilayah Timur Tengah melonjak tajam, mencapai peningkatan hingga 3 kali lipat. Hal ini membuat daya beli semakin melesu, dan pasar domestik menjadi satu-satunya penopang terakhir bagi keberlanjutan bisnis.
Page 355 of 390