Industri tekstil, yang sebelumnya dikenal karena praktik tidak berkelanjutan seperti konsumsi sumber daya berlebihan, polusi, dan produksi limbah, kini menghadapi era transformasi melalui konsep ekonomi sirkular. Konsep ini, yang telah mendapatkan perhatian signifikan dalam beberapa tahun terakhir, menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi oleh industri tekstil.

Industri tekstil di Indonesia diperkirakan akan menghadapi tantangan berat dalam tahun 2024, dengan kinerja emiten diprediksi tetap menurun. Sejumlah faktor, termasuk penurunan penjualan dan tingginya beban operasional, diidentifikasi sebagai pemicu utama penurunan kinerja tersebut. Menurut analisis ekuitas dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis, kinerja emiten tekstil secara keseluruhan menunjukkan penurunan baik dari segi pendapatan (top line) maupun keuntungan bersih (bottom line) sepanjang tahun 2023. Beberapa emiten, seperti PT Indo-Rama Synthetics Tbk. (INDR), PT Sri Rezeki Isman Tbk. (SRIL), dan PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY), mengalami kerugian yang signifikan akibat penurunan penjualan dan beban yang meningkat.

Pasar Tanah Abang, yang dulunya dikenal sebagai pusat tekstil dan fesyen terbesar di Asia Tenggara, kini mengalami masa-masa sulit. Dibangun sejak era Hindia Belanda pada 30 Agustus 1735, popularitas pasar ini semakin meredup, terutama karena persaingan sengit dengan e-commerce yang semakin menggila. Sebuah penelusuran yang dilakukan oleh tim CNBC Indonesia Research pada akhir 2023 mengungkapkan beberapa fakta yang menjadi penyebab pembeli menjauh dan bahkan kabur dari Tanah Abang.