Pada bulan-bulan awal tahun ini, momok PHK massal terus menghantui pasar kerja Indonesia, khususnya di industri padat karya. Laporan muncul mengenai sekitar 1.500 karyawan yang diberhentikan di sebuah pabrik ban di Cikarang, sementara sektor lain seperti tekstil kesulitan untuk tetap bertahan. Tren PHK massal yang meresahkan ini menyita perhatian publik pada Selasa (16/1/2023) ketika video dokumentasi penutupan pabrik ban PT Hung-A viral di media sosial. Video tersebut menangkap momen ketika manajemen perusahaan secara resmi memutuskan untuk menghentikan operasinya, yang berujung pada pemecatan seluruh karyawan yang tak terhindarkan.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengantisipasi berlanjutnya kemerosotan kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang dipengaruhi oleh masih tingginya suku bunga acuan. Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada bulan Januari dan Oktober 2023, masing-masing sebesar 25 basis poin, dan mempertahankannya pada level 6% pada bulan Desember 2023. Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, Ketua API, menyatakan keprihatinannya atas tingginya suku bunga yang merugikan para pelaku usaha. ragu-ragu dalam melakukan ekspansi melalui pinjaman usaha. Selain itu, pinjaman yang ada saat ini menjadi sulit untuk dilunasi. “Saat suku bunga tinggi, pengusaha cenderung menunggu, dan ini terjadi secara global,” kata Jemmy, Rabu (17/1/2024).
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan mengucurkan anggaran sebesar Rp52 miliar untuk program restrukturisasi mesin industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2024. Kris Sasono Ngudi Wibowo, Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin mengungkapkan, program insentif pada tahun 2023 hampir termanfaatkan dengan mengalokasikan Rp4,36 miliar untuk 13 perusahaan. “Untuk tahun 2024, alokasi anggaran yang tersedia sebesar Rp52 miliar dengan target 59 perusahaan dapat merasakan manfaat program tersebut,” kata Kris, seperti dikutip Rabu (17/1/2024).
Industri tekstil, yang sebelumnya dikenal karena praktik tidak berkelanjutan seperti konsumsi sumber daya berlebihan, polusi, dan produksi limbah, kini menghadapi era transformasi melalui konsep ekonomi sirkular. Konsep ini, yang telah mendapatkan perhatian signifikan dalam beberapa tahun terakhir, menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi oleh industri tekstil.
Industri tekstil di Indonesia diperkirakan akan menghadapi tantangan berat dalam tahun 2024, dengan kinerja emiten diprediksi tetap menurun. Sejumlah faktor, termasuk penurunan penjualan dan tingginya beban operasional, diidentifikasi sebagai pemicu utama penurunan kinerja tersebut. Menurut analisis ekuitas dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis, kinerja emiten tekstil secara keseluruhan menunjukkan penurunan baik dari segi pendapatan (top line) maupun keuntungan bersih (bottom line) sepanjang tahun 2023. Beberapa emiten, seperti PT Indo-Rama Synthetics Tbk. (INDR), PT Sri Rezeki Isman Tbk. (SRIL), dan PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY), mengalami kerugian yang signifikan akibat penurunan penjualan dan beban yang meningkat.
Page 233 of 255