Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mendapat laporan adanya penurunan penjualan signifikan pada usaha konveksi kecil dan menengah. Keuntungan yang sebelumnya diperoleh para pelaku usaha ini selama masa kampanye pemilu kini beralih ke platform e-commerce seperti TikTok, Tokopedia, Shopee, dan lain-lain, karena harga murah yang mereka tawarkan.

Perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending, PT Investree Radhika Jaya, menghadapi kekhawatiran yang semakin besar mengenai kredit bermasalah. Per 6 Januari 2024, TWP90 Investree berada di angka 12,58%, sedangkan Success Rate 90 (TKB90) mencapai 87,42%. TKB90 mewakili tingkat keberhasilan fintech peer-to-peer lending dalam memfasilitasi pelunasan kewajiban pinjaman dalam jangka waktu 90 hari sejak tanggal jatuh tempo. Chief Sales Officer Investree, Salman Baharuddin menjelaskan, angka TKB90 biasanya lebih rendah pada periode awal dan pertengahan bulan karena biasanya peminjam membayar kembali pinjamannya menjelang akhir bulan.

Pasar Pagi, yang sebelumnya telah menjadi tempat beroperasinya sekitar 3.000 kios pedagang, telah direlokasi ke Segiri Grosir Samarinda (SGS) pada akhir Desember 2023. Keputusan relokasi ini membawa bersamanya sekitar 1.500 pedagang tekstil dan makanan yang kini menempati ruang di SGS. Meskipun pemindahan ini bertujuan untuk memfasilitasi para pedagang, terdapat beberapa aspek yang perlu ditelaah kembali, terutama terkait kondisi gedung yang telah vakum selama lima tahun terakhir. Menurut Abdul Ghofur, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, UPT Pasar Pagi, pemindahan ini melibatkan 64 pedagang makanan yang kini tersebar di tiga lantai. Paling lambat, semua pedagang makanan dan tekstil diharuskan untuk telah pindah dan menyelesaikan sterilisasi pada Minggu, Januari 2023.

Investree, sebagai platform peer-to-peer (P2P) lending ternama di Indonesia, menghadapi tantangan serius dengan tingkat kredit macet yang mencapai 12,58%. Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan ini dijelaskan oleh manajemen Investree, yang pada gilirannya memengaruhi lender dan kelancaran operasional platform ini.

Pada tahun 2023, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan berhasil mengumpulkan penerimaan negara sebesar Rp 286,2 triliun. Meskipun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 317,8 triliun, pencapaian ini naik dari realisasi tahun 2021 sebesar Rp 269,2 triliun. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, pencapaian Bea Cukai mencapai 95,4% dari target APBN. Rinciannya, penerimaan tersebut terdiri dari cukai senilai Rp 221,8 triliun, bea masuk senilai Rp 50,8 triliun, dan bea keluar senilai Rp 13,9 triliun.