Kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat (AS) yang mulai berlaku sejak sebulan terakhir kini dirasakan langsung oleh eksportir Indonesia. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengungkapkan bahwa meskipun dampaknya belum terlalu signifikan karena masih tahap awal, sejumlah sektor sudah mulai terimbas.

Pameran tahun ini menghadirkan ratusan peserta internasional dan domestik yang menampilkan produk unggulan di bidang tekstil teknis dan nonwoven. Hall Internasional W5 menjadi sorotan utama dengan peluncuran zona baru untuk textile chemicals dan pewarna, serta kembalinya Zona Eropa dan Jerman yang menampilkan berbagai perusahaan ternama.

Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Firman Soebagyo, meminta pemerintah mengambil langkah nyata untuk melindungi industri tekstil nasional yang kini berada dalam tekanan berat. Dalam rapat pleno bersama Badan Keahlian DPR di Gedung Nusantara I, Senayan, Selasa (2/9/2025), ia menegaskan bahwa sektor tekstil merupakan industri padat karya yang menyerap jutaan tenaga kerja sehingga keberlangsungannya sangat vital.

Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) dalam sebulan terakhir mulai menekan kinerja eksportir Indonesia. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Toto Dirgantoro, menyebut dampaknya memang belum terlalu signifikan karena masih tahap awal, namun sudah terasa di sejumlah sektor.

Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) menyatakan ke khawatirannya terhadap implementasi kebijakan Tata Niaga Impor pakaian jadi yang tertuang dalam PERMENDAG 17 2025 sebagai revisi dari PERMENDAG 8 2024 dimana pada pelaksanaannya mengacu pada PERMENPERIN 27 2025. Kekhawatiran ini berkaca pada produk benang dan kain yang sudah diberlakukan kuota melalui Pertimbangan Teknis (PERTEK) yang diterbitkan Kementerian Perindustrian namun importasinya terus naik hingga mengakibatkan puluhan perusahaan tutup dan ratusan ribu karyawannya di PHK.