Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indonesia sedang mengambil langkah proaktif untuk mendorong industri kecil menyesuaikan diri dengan permintaan pasar global yang semakin ketat terhadap produk halal. Salah satu fokus utama adalah pada industri tekstil, khususnya batik, warisan budaya yang telah lama menjadi identitas bangsa Indonesia. Pada 29 Februari hingga 1 Maret 2024, Kemenperin menggelar sebuah bimbingan teknis (bimtek) bagi pelaku industri kecil batik. Tujuan dari kegiatan ini adalah membantu para pelaku industri kecil batik dalam memenuhi persyaratan dan mendapatkan sertifikasi halal untuk produk mereka. Diharapkan, bimtek ini dapat menjadi tonggak awal bagi program penyediaan batik halal nasional.

Pada tanggal 5-7 Februari 2024, Kementerian Perdagangan RI dan KBRI di Paris berhasil menyelenggarakan partisipasi Indonesia dalam pameran produk tekstil Texworld Paris di Porte Des Versailles, Paris, Prancis. Hasilnya, Indonesia berhasil mencatat potensi transaksi sekitar 20 juta dolar atau setara dengan Rp312 miliar untuk satu tahun ke depan. Menurut Atase Perdagangan Paris, Ruth Joanna Samaria, keikutsertaan Indonesia dalam acara ini sangat strategis. Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang berpartisipasi, memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk menarik perhatian pembeli yang hadir di pameran tersebut.

Industri tekstil Indonesia, yang seharusnya menjadi tulang punggung dalam perekonomian negara, kini terjepit dalam krisis yang dalam. Menurut Asosiasi Produsen Serta dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), produk tekstil impor kini menguasai hingga 70 persen pasar dalam negeri. Fenomena ini tidak hanya menghambat pertumbuhan industri lokal tetapi juga mengancam keberlangsungan bisnis para produsen dalam negeri. Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wirawasta, menyoroti bahwa dominasi produk impor telah menempatkan industri tekstil Indonesia dalam posisi terburuk dalam 20 tahun terakhir. Bahkan momen penting seperti Ramadhan dan Lebaran yang biasanya menjadi pemicu pertumbuhan bisnis tidak lagi memberikan harapan yang cukup bagi para pelaku industri tekstil. Redma mengungkapkan bahwa optimisme para pengusaha tekstil sangat minim, mengingat barang-barang impor telah menguasai sebagian besar pasar.