PT Pan Brothers Tbk (PBRX), salah satu perusahaan tekstil terkemuka di Indonesia, telah mengalokasikan anggaran belanja modal (capex) sebesar US$ 3 juta hingga US$ 5 juta untuk tahun 2024, jumlah yang sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh Elysia, Sekretaris Perusahaan PBRX, pada Kamis (22/02). Meskipun penjualan PBRX masih didominasi oleh ekspor, perusahaan menyaksikan peningkatan dalam penjualan lokal menjelang masa Lebaran. Meskipun dampaknya relatif kecil terhadap operasi keseluruhan, permintaan domestik meningkat sebesar 10%-20% untuk produk-produk yang ditujukan untuk pasar dalam negeri.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, mengungkapkan kekhawatiran yang mengemuka dalam dunia industri tekstil Indonesia. Pasalnya, China, yang sebelumnya menjadi mitra dagang nomor satu Amerika Serikat (AS), kini telah tergeser oleh Uni Eropa (UE) dan Mexico. Situasi ini telah memicu langkah China untuk mencari pasar baru bagi produk tekstilnya, dengan mencari negara-negara yang memiliki kelemahan dalam menerapkan hambatan perdagangan. Menurut Jemmy, kebijakan suku bunga yang tinggi di beberapa negara, serta masalah atau target inflasi yang belum tercapai, turut memperburuk kondisi ekonomi global. China, sebagai satu-satunya negara yang telah menurunkan suku bunga pinjamannya, bahkan telah mengalami deflasi. Namun, hal ini tidak secara langsung memberikan dampak positif pada industri tekstil, karena kenaikan harga bahan baku seperti cotton dan viscose membuat pasar ekspor masih stagnan.
Industri tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menghadapi tantangan yang serius meskipun upaya untuk memperbaiki kondisinya terus dilakukan. Salah satu aspek utama yang memengaruhi industri ini adalah kondisi geopolitik global yang belum stabil. Timotius Apriyanto, Sekretaris Umum BPD Asosiasi Petekstilan Indonesia (API) DIY, menjelaskan bahwa situasi geopolitik global telah menimbulkan tekanan yang signifikan, menyebabkan kontraksi dalam permintaan dan penawaran produk tekstil. Krisis di berbagai belahan dunia, seperti konflik di Laut Merah, perang di Rusia-Ukraina yang masih berlangsung, dan krisis di Gaza, semuanya berdampak pada industri tekstil.
Page 363 of 419