Di balik kemewahan dunia fashion, tersembunyi sisi gelap yang menjadi perhatian serius komunitas global. Salah satu fenomena paling mencolok adalah dampak industri fast fashion, sebuah model bisnis yang menekankan produksi pakaian dalam skala besar dengan harga murah dan perubahan tren mode yang sangat cepat. Jika dahulu tren mode berganti setiap musim, kini tren berubah hampir setiap hari, menciptakan masalah serius bagi lingkungan.

Setiap tahun, 85% dari seluruh tekstil di dunia berakhir di tempat pembuangan sampah. Hal ini menjadi tantangan besar karena ruang untuk pembuangan semakin terbatas. Alternatif seperti pembakaran tekstil hanya memperburuk masalah dengan menciptakan polusi udara. Sebagian besar pakaian fast fashion dibuat dari bahan sintetis seperti poliester dan nilon, yang berbasis minyak. Proses pembuatan bahan ini membutuhkan banyak energi dan menyumbang emisi karbon yang signifikan.

Industri fashion adalah penyumbang pencemaran air terbesar kedua di dunia. Limbah dari pewarna tekstil sering kali dibuang langsung ke aliran air tanpa pengolahan, mencemari sungai dan ekosistem perairan. Pakaian berbahan plastik seperti poliester mengeluarkan mikroplastik selama proses produksi dan pencucian. Mikroplastik ini berakhir di perairan, mencemari lautan hingga ke wilayah terpencil seperti Samudra Arktik.

Produksi pakaian membutuhkan jumlah air yang luar biasa besar. Untuk membuat satu celana jeans, dibutuhkan hingga 7.000 liter air, sementara satu kaos memerlukan sekitar 2.700 liter air, setara dengan konsumsi air minum seseorang selama 900 hari. Industri fast fashion sering kali memanfaatkan tenaga kerja murah, dengan pekerja garmen, terutama wanita muda berusia 18-24 tahun, bekerja hingga 16 jam sehari dengan upah yang jauh di bawah standar hidup layak.

Limbah fast fashion sering kali dikirim ke negara-negara berkembang seperti Ghana, menciptakan bencana lingkungan. Di Indonesia, sekitar 2,3 juta ton limbah pakaian dihasilkan setiap tahun, setara dengan 12% limbah rumah tangga nasional.

Setiap individu memiliki peran penting dalam mengurangi dampak fast fashion. Membeli pakaian sesuai kebutuhan, bukan keinginan, memilih kualitas dibandingkan kuantitas, menghindari tren mode yang cepat berubah, dan mendaur ulang pakaian yang sudah tidak digunakan adalah langkah-langkah kecil namun efektif. Dengan mengurangi konsumsi fast fashion, kita tidak hanya membantu lingkungan tetapi juga mendorong industri untuk lebih bertanggung jawab secara sosial dan ekologis. Saatnya berhenti mengejar tren mode yang merugikan dan mulai mendukung gaya hidup yang berkelanjutan.