Sektor tekstil dan pakaian jadi di Amerika Serikat mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang stabil pada tahun 2025. Setelah sempat mengalami kontraksi tajam pada tahun-tahun sebelumnya, data terbaru menunjukkan bahwa permintaan domestik di Negeri Paman Sam tersebut perlahan kembali bergairah, didorong oleh normalisasi rantai pasok dan perubahan perilaku belanja konsumen.

Berdasarkan data terbaru dari Office of Textiles and Apparel (OTEXA), volume impor tekstil dan pakaian jadi AS dari semua jenis serat mencatatkan kenaikan sebesar 2,54 persen selama periode Januari hingga September 2025. Total impor mencapai 78.770,941 juta square metre equivalents (SME), melampaui angka 76.818,244 juta SME pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi ekonomi AS, yang pada tahun 2023 sempat merosot hingga 12,28 persen akibat tekanan inflasi dan penumpukan stok barang. Kini, para peritel mulai kembali mengisi gudang mereka (inventory replenishment) setelah masa pengurangan stok berakhir, sejalan dengan minat belanja masyarakat yang mulai fokus pada kategori produk bernilai tinggi dan kebutuhan dasar.

Tekstil Non-Pakaian Jadi Jadi Motor Utama

Menariknya, pertumbuhan kali ini tidak didominasi oleh pakaian jadi. Impor tekstil non-pakaian justru mencatatkan pertumbuhan yang lebih kuat, yakni sebesar 3,32 persen atau mencapai 59.406,840 juta SME. Lonjakan ini didorong oleh tingginya permintaan untuk tekstil rumah tangga (home textiles), kain industri, serta bahan baku antara yang diperlukan untuk manufaktur dalam negeri.

Sementara itu, sektor pakaian jadi (apparel) tumbuh lebih tipis sebesar 0,23 persen dengan total 19.364,100 juta SME. Angka yang cenderung stagnan ini mengindikasikan bahwa meskipun konsumen mulai berbelanja, mereka masih sangat selektif dalam memilih produk pakaian di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.

Dominasi Serat Sintetis dan Stabilitas Kapas

Dari sisi material, produk berbahan serat buatan manusia atau Man-Made Fibre (MMF) tetap menjadi primadona. Impor produk MMF naik menjadi 63.809,348 juta SME. Popularitas MMF terus meningkat karena keunggulan biaya yang lebih kompetitif, performa bahan yang lebih baik, serta aplikasinya yang luas mulai dari pakaian olahraga hingga tekstil teknis.

Di sisi lain, produk berbasis kapas juga menunjukkan performa impresif dengan kenaikan 3,48 persen. Stabilitas harga kapas dunia serta permintaan yang tetap ajeg untuk produk pakaian berbahan dasar katun menjadi faktor utama di balik pertumbuhan ini.

Tantangan Ekspor dan Ketergantungan Impor

Meski impor menunjukkan tren positif, kinerja ekspor tekstil Amerika Serikat justru mengalami kelesuan. Total ekspor turun tipis 0,90 persen menjadi 1.615,839 juta kilogram. Meskipun ekspor pakaian jadi sempat naik 5,91 persen berkat segmen pasar khusus (niche market), namun ekspor kain dan benang masing-masing merosot sebesar 1,09 persen dan 6,58 persen.

Tingginya biaya manufaktur dan upah tenaga kerja di Amerika Serikat disebut menjadi penghambat utama daya saing ekspor. Akibatnya, banyak pasar regional yang beralih mencari pasokan yang lebih murah dari Asia dan negara-negara berkembang lainnya.

Kesenjangan perdagangan yang kian melebar ini menegaskan realitas bahwa Amerika Serikat masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan tekstilnya. Sebagai negara dengan pasar yang didorong oleh konsumsi tinggi namun memiliki kapasitas manufaktur domestik yang terbatas pada segmen padat karya, ketergantungan ini diprediksi akan terus berlanjut hingga beberapa tahun ke depan.

Kini, dengan pemulihan yang mulai terlihat di kuartal ketiga 2025, para pelaku industri berharap momentum ini dapat terjaga hingga penutupan tahun, sembari mengantisipasi dinamika pasar global yang terus berubah.