Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan menargetkan peningkatan ekspor ke kawasan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) hingga dua kali lipat seiring rencana penandatanganan perjanjian perdagangan bebas Indonesia–EAEU (I-EAEU FTA) dalam waktu dekat. Kesepakatan ini diharapkan menjadi momentum penting untuk memperluas akses pasar produk unggulan Indonesia, khususnya minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan tekstil.

Kawasan EAEU yang terdiri dari Rusia, Kazakhstan, Armenia, Belarusia, dan Kyrgystan dinilai memiliki potensi pasar yang besar bagi produk Indonesia. Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa total nilai ekspor Indonesia ke kawasan tersebut saat ini mencapai sekitar US$4,1 miliar. Sementara itu, pada 2024 nilai ekspor tercatat sebesar US$1,5 miliar, angka yang dinilai masih sangat berpeluang untuk terus ditingkatkan.

Kemendag optimistis perdagangan Indonesia dengan negara-negara EAEU dapat tumbuh hingga 100 persen secara bertahap. Optimisme ini didorong oleh tingginya permintaan pasar EAEU terhadap produk tekstil serta posisi CPO Indonesia yang kompetitif di pasar global. Di sisi lain, hubungan dagang ini juga bersifat saling melengkapi karena Indonesia mengimpor sejumlah barang modal dari kawasan EAEU, seperti gandum dan pupuk.

Pemerintah menegaskan komitmennya untuk menuntaskan perundingan I-EAEU FTA yang dinilai strategis dalam memperkuat daya saing ekspor nasional. Penandatanganan perjanjian tersebut ditargetkan paling cepat pada 20–21 Desember 2025 dalam rangkaian EAEU Summit di St. Petersburg, Rusia, setelah seluruh negara anggota EAEU menyelesaikan prosedur internal masing-masing. Kesepakatan ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi peningkatan perdagangan yang lebih berkelanjutan antara Indonesia dan kawasan Eurasia.