Industri tekstil Indonesia, yang merupakan salah satu sektor vital dalam perekonomian negara, menghadapi tantangan serius dengan melemahnya kinerjanya meski berada di tengah-tengah momentum politik nasional seperti Pemilihan Presiden dan Legislatif (Pilpres dan Pileg) 2024. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui bahwa faktor kampanye yang marak terjadi secara online atau di media sosial telah memberikan dampak signifikan terhadap industri tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, menyatakan bahwa biasanya di tahun politik, produksi tekstil mengalami peningkatan. Namun, situasi tahun ini menunjukkan pola yang berbeda. Permintaan akan produk tekstil, khususnya atribut partai seperti kaos dan spanduk, yang sebelumnya diharapkan meningkat tajam, ternyata tidak mencapai level yang diantisipasi.
Industri tekstil Indonesia menghadapi tantangan serius akibat banjirnya produk tekstil impor ilegal yang mengancam kelangsungan hidup sejumlah produsen dalam negeri. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menegaskan perlunya tindakan tegas dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini sebelum semakin banyak perusahaan tekstil dalam negeri yang harus ditutup. Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wirawasta, menyoroti dua faktor utama yang menjadi akar permasalahan dalam industri tekstil domestik. Pertama, meningkatnya impor tekstil secara ilegal yang merugikan produsen lokal. Kedua, gangguan logistik global akibat perang di Rusia-Ukraina dan di Timur Tengah, yang menghambat arus perdagangan dunia.
Industri tekstil Indonesia, meskipun merupakan salah satu sektor yang vital dalam perekonomian negara, belum merasakan dampak positif yang signifikan dari kampanye Pilpres 2024. Meskipun pesta demokrasi ini sering diharapkan dapat memberikan dorongan pada sektor industri, namun kenyataannya, belum terjadi peningkatan yang substansial dalam kinerja industri tekstil. Menurut Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, industri tekstil masih sangat mengandalkan permintaan pasar domestik, yang menyumbang sekitar 60 persen dari total permintaan. Namun, dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan oleh IKI, Adie menyatakan bahwa atribut-atribut kampanye, seperti spanduk dan kaos, yang biasanya menjadi pendorong produksi industri tekstil, belum banyak diminati dalam kampanye Pilpres 2024.
Page 280 of 324