Meskipun pandemi COVID-19 telah berakhir, bayang-bayang ketidakpastian ekonomi masih menghantui banyak negara, termasuk Indonesia. Meski terdapat peningkatan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II 2023, mencapai 5,1-7 persen, sejumlah sektor usaha masih berjuang untuk pulih dari dampak krisis. Menurut laporan Global Economic Prospect Juni 2023 dari Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi dunia terus melambat. Proyeksi untuk tahun 2023 direvisi menjadi 2,1 persen, jauh di bawah proyeksi sebelumnya. Prediksi untuk tahun 2024 dan 2025 juga tidak menjanjikan, dengan pertumbuhan yang diproyeksikan hanya sekitar 2,4 persen dan 3 persen berturut-turut.
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) diperkirakan akan mengalami tantangan serius pada tahun 2024. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DIY memproyeksikan penurunan yang signifikan dalam ekspor sektor ini, yang dipicu oleh ketidakstabilan geopolitik global. Menurut Ketua Komtap Pembinaan & Pengembangan Sekretariat Kadin DIY, Timotius Apriyanto, ketidakstabilan geopolitik dunia berpotensi menggerus permintaan terhadap produk TPT DIY di pasar internasional. Negara-negara tujuan utama ekspor TPT DIY, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman, dipengaruhi oleh situasi ini.
Konflik yang terjadi Laut Merah kini membuat tarif logistik pengiriman kapal meningkat. Hal ini berimbas pada kinerja ekspor dan impor yang dilakukan sejumlah industri di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Mahendra Rianto menyatakan, dampak dari konflik Laut Merah membuat sejumlah shipping line atau perusahaan pelayaran mengubah rutenya menjadi lebih jauh demi menghindari serangan di daerah konflik. Perubahan rute ini yang menyebabkan ongkos kirim logistik atau freight cost naik 40%-50%, baik untuk barang ekspor maupun impor.
Page 282 of 324