Sektor tekstil Indonesia saat ini menghadapi beragam tantangan yang semakin kompleks, terutama dengan adanya dinamika pemilihan presiden (Pilpres) yang berdampak pada sektor perekonomian. Anton, seorang pengamat industri tekstil, menggambarkan berbagai masalah yang dihadapi sektor ini, mulai dari persaingan global hingga inovasi teknologi.

Penurunan Performa dan Kebutuhan Inovasi
Sekitar 15 tahun lalu, salah satu raksasa tekstil di Solo berhasil meningkatkan investasi dengan pembelian mesin baru, yang memberikan dampak positif signifikan pada kinerja perusahaan. Namun, beberapa tahun kemudian, perusahaan tersebut mengalami penurunan di pasar global. Hal ini menunjukkan bahwa investasi awal yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan jangka panjang tanpa adanya inovasi dan adaptasi terhadap pasar yang terus berubah.

Anton menekankan bahwa pemain utama dalam industri tekstil harus lebih inovatif untuk bisa bersaing secara global. Inovasi ini bisa berupa peningkatan kualitas produk atau mencari ceruk pasar baru agar tidak langsung bersaing dengan pemain besar di industri tekstil global. Keterlambatan dalam memperbarui teknologi dibandingkan dengan negara lain seperti China juga menjadi salah satu hambatan besar bagi industri tekstil Indonesia.

Dampak Penutupan Pabrik dan PHK Massal
Menurut laporan dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), puluhan pabrik tekstil nasional telah tutup, menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ribuan buruh tekstil. Hingga Mei 2024, tercatat sebanyak 10.800 pekerja tekstil terkena PHK. Angka ini melanjutkan tren PHK sepanjang 2023 yang mencapai 7.200 pekerja di sentra industri tekstil dan produk tekstil (TPT) seperti Bandung dan Solo.

Wakil Ketua Umum API, David Leonardi, menyatakan bahwa pada kuartal pertama tahun 2024 terjadi kenaikan jumlah PHK sebesar 3.600 tenaga kerja, atau naik 66,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sekitar 20-30 pabrik diperkirakan telah tutup, dan jumlah pabrik yang melakukan PHK kemungkinan lebih besar karena banyaknya pekerja kontrak yang tidak tercatat.

Penyebab Utama PHK Massal
David menegaskan bahwa masalah utama yang menyebabkan PHK secara masif adalah turunnya pesanan untuk industri tekstil dalam negeri. Produk tekstil lokal sulit bersaing dengan produk impor yang memiliki harga lebih murah. Hal ini mengakibatkan penurunan order dan akhirnya menyebabkan penutupan pabrik serta PHK massal.

Tantangan Kedepan
Untuk mengatasi tantangan ini, industri tekstil Indonesia perlu melakukan beberapa langkah strategis:

Inovasi Produk dan Teknologi: Meningkatkan inovasi produk dan memperbarui teknologi agar dapat bersaing dengan produk tekstil impor yang lebih murah dan berkualitas.
Diversifikasi Pasar: Mencari ceruk pasar baru yang belum terjamah untuk mengurangi ketergantungan pada pasar yang sudah padat dengan kompetisi.
Kebijakan Pemerintah: Dukungan kebijakan dari pemerintah untuk melindungi industri tekstil lokal, seperti pemberian insentif pajak, bantuan pembiayaan, serta regulasi yang menguntungkan.
Industri tekstil merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan pekerja untuk mengatasi tantangan dan mengembalikan kejayaan sektor ini. Dengan inovasi dan strategi yang tepat, industri tekstil Indonesia masih memiliki peluang besar untuk tumbuh dan bersaing di pasar global.