Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional saat ini menghadapi tekanan berat yang menyebabkan tingkat utilisasi produksi turun drastis hingga di bawah 50%. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, mengungkapkan bahwa berbagai tantangan, termasuk kebijakan yang tidak mendukung, semakin memperburuk situasi.

"Utilisasi sekarang di bawah 50% secara nasional. Industri polyester saja kehilangan produksi di atas 12 ribu ton per bulan. Itu angka yang sangat besar," ujar Jemmy dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (26/11).

Dampak Penutupan Pabrik dan Rendahnya Serapan Hilir
Penutupan operasional pabrik Asia Pacific Fiber Tbk (POLY) di Karawang menjadi salah satu penyebab penurunan produksi polyester nasional. Namun, Jemmy mencatat bahwa rendahnya serapan dari industri hilir, seperti pakaian jadi, juga turut menyumbang masalah ini.

"Perkiraan kami dengan berhentinya Asia Pacific, industri akan kekurangan polyester, tetapi kenyataannya tidak. Ini menunjukkan bahwa serapan di industri hilir sangat rendah," jelas Jemmy.

Ancaman Kebijakan dan Produk Impor
Rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada Januari 2025 mendatang serta persoalan terkait Upah Minimum Provinsi (UMP) diyakini akan semakin menggerus daya saing industri TPT nasional. Selain itu, persaingan dengan produk impor, terutama dari Tiongkok, membuat produk dalam negeri sulit bersaing dari segi harga dan kualitas.

"Saat ini, bukan pertumbuhan yang kita lihat, melainkan kontraksi. Industri TPT justru tidak tumbuh selama 2023-2024," ungkap Jemmy.

Seruan untuk Regulasi Khusus
Melihat kondisi ini, Jemmy menyerukan perlunya sinergi antara pelaku usaha dan pemerintah untuk menyelesaikan persoalan yang membelit industri TPT. Ia mengusulkan pembentukan regulasi khusus yang dapat melindungi industri ini dari tekanan impor, terutama dari Tiongkok.

"Kita perlu duduk bersama berbagai kementerian dan lembaga untuk merancang regulasi yang fokus pada industri TPT. Dengan menutup akses untuk produk tertentu dari Tiongkok, utilisasi industri TPT bisa sedikit diperbaiki," tutup Jemmy.

Harapan untuk Masa Depan
Tantangan besar yang dihadapi industri TPT membutuhkan langkah nyata dari semua pihak. Dengan kebijakan yang tepat dan koordinasi antara pemerintah dan pelaku usaha, diharapkan industri TPT nasional dapat kembali bangkit dan berkontribusi terhadap perekonomian negara.