Performa sektor industri Indonesia pada paruh pertama 2025 masih menunjukkan arah yang positif, meski tidak sekuat tahun sebelumnya. Tantangan global berupa disrupsi rantai pasokan akibat perang dagang AS–China dan kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump ternyata membuka peluang bagi negara-negara Asia, termasuk Indonesia, untuk menjadi tujuan relokasi industri.
Sektor kendaraan listrik (EV-related) menjadi motor utama dalam mendorong serapan lahan industri, khususnya di koridor timur Jakarta. Tren ini melanjutkan realisasi investasi yang sebelumnya datang dari China dan Vietnam sejak tahun lalu. Sementara itu, di koridor barat, sektor tekstil juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, meski semula diprediksi akan melemah di Indonesia.
Di sisi lain, sektor pusat data (data center) masih mencatatkan permintaan lahan yang positif, meskipun kinerjanya pada awal 2025 terlihat melambat dibandingkan tiga tahun terakhir. Padahal sebelumnya, sektor ini menjadi salah satu primadona karena pertumbuhan yang pesat.
Investor kini tetap berhati-hati menyikapi situasi politik dalam negeri, termasuk aksi demonstrasi yang belakangan terjadi. Stabilitas keamanan dan kepastian regulasi menjadi faktor penting dalam menjaga kepercayaan investor. Prospek jangka panjang Indonesia dinilai tetap potensial sebagai destinasi ekspansi industri, selama pemerintah mampu menjaga iklim investasi yang kondusif.
Hingga semester I/2025, total stok kawasan industri di wilayah Greater Jakarta dan sekitarnya tercatat sekitar 15.850 hektare, dengan serapan lahan mencapai 125,8 hektare. Submarket Karawang, Cilegon-Serang, dan Bekasi menjadi kawasan yang paling diminati, meski harga lahan di Karawang dan Tangerang mulai menunjukkan penyesuaian.
Menurut Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia, tren serapan lahan masih positif meski tidak setinggi 2024. Ia menekankan bahwa kebijakan tarif dari Presiden Trump memang menjadi alarm bagi pelaku industri, namun justru memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk mengambil peran dalam pergeseran rantai pasokan global.
“Pertumbuhan industri kendaraan listrik yang terus menguat diharapkan juga dapat menular ke sektor lain, seperti data center, elektronik, dan tekstil. Dengan demikian, keberagaman aktivitas industri bisa menjadi motor penggerak ekonomi yang tangguh di masa depan,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Jumat (12/9/2025).