Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia diprediksi akan menghadapi tantangan berat yang berlanjut hingga akhir tahun 2024, demikian yang diungkapkan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Sejumlah faktor, termasuk permintaan ekspor yang melemah dan banjir impor TPT di pasar domestik, menjadi penyebab utama permasalahan ini. Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, menyatakan bahwa kondisi ini terjadi akibat pertumbuhan ekonomi global yang masih terkoreksi, dipengaruhi oleh kondisi geopolitik yang tidak stabil dan daya beli yang belum pulih sepenuhnya. Proyeksi pertumbuhan ekonomi baru diprediksi akan muncul pada awal 2025.
Industri tekstil Indonesia menghadapi tantangan serius dengan diberlakukannya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 42 ribu pekerja di sektor ini. Sarman Simanjorang, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, menyampaikan kekhawatiran terkait kondisi lesunya industri manufaktur yang berpotensi memperburuk situasi pekerjaan. Tantangan Eksternal: Pasar Ekspor Lesu dan Banjirnya Barang Impor Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi sektor yang paling terpukul, terutama karena pelemahan pasar ekspor dan meningkatnya jumlah barang impor di pasar domestik. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan mencatat bahwa hingga bulan September, sekitar 42 ribu pekerja di sektor padat karya telah mengalami PHK.
Tahun politik selalu menjadi periode yang menarik dan penuh tantangan bagi berbagai sektor industri, termasuk industri tekstil. Dinamika aktivitas politik yang semakin meningkat belakangan ini, seperti yang disoroti oleh Vice CEO PT Pan Brothers Tbk, Anne Patricia Sutanto, memang membawa keuntungan bagi industri tekstil. Namun, pertanyaannya adalah, seberapa berkelanjutan dampak positif ini?
Page 244 of 248