Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas di Indonesia terus mengalami dinamika yang signifikan. Di tengah tekanan kondisi politik dan ekonomi global, sektor manufaktur tetap mencatatkan capaian positif, menunjukkan optimisme serta kinerja yang berdaya saing.

Hingga Juni 2024, sektor manufaktur menunjukkan kinerja positif dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia mencapai 50,7. Ini berarti, sektor manufaktur telah bertahan selama 34 bulan berturut-turut pada level ekspansif, jauh di atas tren rata-rata jangka panjang.

Namun demikian, sektor industri juga menghadapi tantangan dari dinamika ekonomi global, termasuk sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta industri furnitur. “Kementerian Perindustrian menaruh perhatian besar pada sektor industri TPT dan industri furnitur karena merupakan sektor andalan yang menjadi prioritas pembangunan industri nasional, berkontribusi besar pada penggerak perekonomian, dan signifikan dalam penyerapan tenaga kerja,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Untuk memacu kinerja industri TPT dan furnitur, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) melakukan berbagai upaya dalam penyediaan tenaga kerja kompeten yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Salah satu langkah strategis adalah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi yang link and match dengan industri.

“Melalui hasil diklat ini, akan mendorong peningkatan produktivitas dan kinerja industri,” ujar Kepala BPSDMI, Masrokhan, dalam pembukaan Diklat 3 in 1 sektor industri garmen, furnitur, dan produk kulit yang diselenggarakan Balai Diklat Industri (BDI) Yogyakarta.

Sebanyak 200 peserta mengikuti pelatihan di BDI Yogyakarta, yang meliputi 100 orang dalam pelatihan Operator Jahit Garmen. Dari jumlah ini, 50 orang akan ditempatkan di PT. Mataram Tunggal Garment di Kabupaten Sleman, dan 50 orang lainnya di PT. Anggun Kreasi Garmen di Kabupaten Bantul. Pelatihan selama 14 hari ini bekerja sama dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).

Selain itu, 50 peserta mengikuti pelatihan konstruksi furnitur selama sembilan hari, bekerja sama dengan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) serta Bongo Art. Sementara 50 peserta lainnya mengikuti pelatihan jahit produk kulit selama 15 hari, bekerja sama dengan Ikatek, Asosiasi Sarung Tangan Kulit (Astaku), dan PT. BMB di Kabupaten Bantul.

"Pelatihan diampu oleh tenaga pengajar dari BDI Yogyakarta dan praktisi berpengalaman dari asosiasi terkait. Setelah pelatihan, peserta akan mengikuti uji kompetensi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi sesuai dengan standar Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)," ungkap Kepala BDI Yogyakarta, Kunto Purwo Widagdo.

Hal ini sejalan dengan fokus BPSDMI Kemenperin yang menjadikan BDI di sejumlah wilayah sebagai center of excellence untuk pembangunan SDM industri yang kompeten melalui pelatihan berbasis kompetensi dengan sistem 3 in 1. Program Diklat 3 in 1 memberikan tiga manfaat sekaligus: pelatihan skill, sertifikat kompetensi, dan penempatan kerja di industri terkait.

Saat ini, terdapat tujuh BDI yang tersebar di Indonesia: BDI Yogyakarta, BDI Medan, BDI Jakarta, BDI Padang, BDI Surabaya, BDI Denpasar, dan BDI Makassar. Meskipun berada di tujuh kota, BDI tersebut menyelenggarakan pelatihan di berbagai kota dari Aceh hingga Papua.