Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan global. Namun, potensi tersebut belum tergarap optimal akibat kebijakan yang selama ini cenderung berpihak pada impor.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswasta, menilai kebijakan industri TPT masih dikendalikan oleh birokrasi dan oknum pejabat yang lebih berpihak pada produk impor. Kondisi itu membuat industri dalam negeri kesulitan mengembangkan inovasi dan kehilangan ruang tumbuh selama 15 tahun terakhir.
Padahal, Indonesia memiliki keunggulan dalam sumber daya manusia (SDM) dan energi dengan biaya yang kompetitif. Selain itu, bahan baku utama seperti polyester dan rayon juga tersedia di dalam negeri. Dari sisi efisiensi biaya, industri tekstil nasional sejatinya masih mampu bersaing dengan Vietnam, meski belum dapat menandingi Bangladesh. Menurut Redma, posisi Indonesia bisa diperkuat jika daya dukung ekosistem industri dari hulu ke hilir dimaksimalkan secara terintegrasi.
Tekanan impor yang berkepanjangan membuat rantai pasok industri terganggu dan kemampuan inovasi menurun. Untuk itu, Redma menekankan pentingnya langkah strategis berupa pemulihan pasar domestik terlebih dahulu. Ia menilai, mengamankan pasar dari praktik impor dumping dan ilegal menjadi langkah awal agar industri dapat pulih dan memiliki ruang berinovasi. Setelah stabil, sektor ini bisa kembali meningkatkan daya saing dan memperluas pasar ekspor.
Di sisi lain, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa Indonesia siap menjadi mitra strategis dan pusat inovasi global industri TPT. Ia menyebut, sektor tekstil kini bukan lagi industri yang menurun (sunset industry). Selama tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, industri TPT tumbuh 5,39 persen dan menyumbang 0,98 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.
Agus memastikan Kementerian Perindustrian terus berupaya menjaga momentum pertumbuhan ini dengan sejumlah kebijakan yang fokus memperkuat daya saing, menumbuhkan investasi, serta mempercepat transformasi industri TPT. Dengan dukungan kebijakan yang berpihak pada produksi dalam negeri dan sinergi antara pemerintah dan pelaku industri, Indonesia diyakini mampu menjadi kekuatan utama dalam rantai pasok tekstil global.