Pemerintah Indonesia terus mendorong Uni Eropa untuk membuka akses pasar yang lebih luas bagi sejumlah produk unggulan nasional, terutama minyak sawit, tekstil, alas kaki, dan produk perikanan. Dorongan ini disampaikan langsung oleh Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso, saat menerima kunjungan Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan Warga Prancis di Luar Negeri, Laurent Saint-Martin, pada Rabu (9/4) di Jakarta.

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) setelah keputusan penundaan penerapan tarif resiprokal selama 90 hari. Ketidakpastian dari hasil negosiasi antara Indonesia dan AS memicu kekhawatiran pelaku industri terhadap potensi penerapan tarif sebesar 32% untuk produk asal Indonesia.

Kekhawatiran terhadap maraknya impor tekstil ilegal dan praktik dumping terus disuarakan pelaku industri tekstil nasional. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menilai situasi ini mengancam pasar dalam negeri dan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah konkret dengan memberlakukan kembali kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib serta pelabelan berbahasa Indonesia di perbatasan.