Industri tekstil Indonesia kembali berada dalam sorotan setelah tekanan besar dari produk impor membuat sejumlah pabrik gulung tikar. Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyebutkan, kinerja industri hulu tekstil menurun drastis sepanjang 2025. Bahkan, tercatat lima perusahaan telah menutup operasionalnya, mengakibatkan setidaknya tiga ribu pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Industri tekstil merupakan sektor yang membutuhkan investasi besar dan melibatkan tenaga kerja dalam jumlah masif. Di balik ribuan pekerja tersebut, ada ribuan keluarga yang menggantungkan harapan dan kelangsungan hidup pada keberlanjutan industri ini. Karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk mengambil sikap yang tegas dan jelas dalam melindungi sektor strategis ini.
Upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur Indonesia ke level di atas 6 persen terus diperkuat melalui kebijakan yang lebih terarah pada tiga sektor strategis: tekstil, tembakau, dan otomotif. Langkah ini dipandang penting karena dinamika ekonomi global yang cepat berubah menuntut strategi yang adaptif dan spesifik sesuai karakter setiap industri. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 5,54 persen pada Kuartal III-2025 menjadi modal positif yang harus dijaga melalui kebijakan sektoral yang lebih presisi.
Page 2 of 411