Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terus menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan kemampuan menyerap 3,75 juta tenaga kerja atau sekitar 19,16 persen dari sektor manufaktur, serta menyumbang devisa ekspor senilai USD 6,92 miliar, industri ini memiliki peran strategis bagi daya saing nasional. Namun, performa sektor TPT pada triwulan III-2025 menunjukkan adanya tekanan, tercermin dari pertumbuhan PDB yang hanya mencapai 0,93 persen (yoy).

Upaya percepatan penggunaan energi bersih di sektor manufaktur terus menunjukkan perkembangan positif. Salah satu langkah terbaru datang dari PT Godiva Astrea Textile (GODIVA), yang berkolaborasi dengan PT Emerging Solar Indonesia (ESI) melalui pemasangan sistem panel surya berkapasitas 429,59 kilowatt-peak (kWp) di fasilitas produksinya di Bandung, Jawa Barat. Sistem ini resmi beroperasi pada 18 September 2025 dan menjadi tonggak penting dalam perjalanan perusahaan menuju operasional yang lebih ramah lingkungan.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tengah berada di persimpangan kritis. Permintaan akan sandang sebagai kebutuhan dasar masyarakat terus berlangsung, namun produsen dalam negeri justru terhimpit oleh gelombang impor. Produk fast fashion internasional dan pakaian bekas (thrifting) menyerbu pasar lokal dengan harga tak wajar, melemahkan eksistensi pelaku industri kecil dan menengah (IKM). Kondisi ini semakin pelik ketika dominasi China sebagai pemasok utama bahan baku hingga produk jadi membuat ketergantungan industri nasional semakin kuat. Gejalanya tampak jelas: meningkatnya impor benang, penurunan kontribusi sektor TPT terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), hingga penutupan pabrik dan meluasnya pemutusan hubungan kerja.

Industri tekstil dan pakaian jadi (TPT) masih memegang peranan vital dalam perekonomian nasional sebagai sektor padat karya yang menyerap sekitar 3,75 juta tenaga kerja atau 19,16% dari total industri manufaktur, serta menyumbang devisa ekspor sebesar USD 6,92 miliar. Namun, di tengah kontribusinya yang besar, kinerja sektor ini kembali diuji, terbukti dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) TPT yang hanya mencapai 0,93% pada triwulan III 2025. Tantangan lain turut muncul dari defisit neraca perdagangan dan disparitas utilisasi produksi, di mana kemampuan industri pakaian jadi mencapai 72,67%, namun industri tekstil hulu hanya 51,71% per Juli 2025.

Peluang ekspor tekstil Indonesia ke pasar India kembali menguat setelah pemerintah Negeri Bollywood resmi mencabut aturan Quality Control Order (QCO) untuk produk viscose staple fiber (VSF) asal Indonesia pada akhir bulan lalu. Kebijakan tersebut langsung berlaku dan membuka kembali akses masuk produk RI yang sempat terhambat selama hampir dua tahun. Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut keputusan India menjadi momentum pemulihan ekspor serat buatan Indonesia. Menurutnya, pasar India merupakan salah satu jalur strategis bagi penguatan kinerja industri VSF nasional. Ia pun mendorong pelaku usaha untuk segera memanfaatkan peluang yang kembali terbuka tersebut.