Menjelang Lebaran tahun ini, dominasi barang impor, mulai dari kain hingga pakaian jadi, terus menggerus pangsa pasar industri tekstil lokal. Menurut Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), kondisi ini semakin memperburuk keterpurukan industri domestik yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Ketua Umum APSyFI, Redma G. Wirawasta, mengungkapkan bahwa harapan kini tertumpu pada momen awal masuk sekolah pada Juni mendatang, dengan catatan pemerintah dapat mengambil langkah serius untuk menekan laju impor.

PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), emiten industri tekstil, tengah menghadapi berbagai tantangan di tengah kondisi bisnis Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang masih penuh tekanan akibat masuknya barang impor. Direktur Utama BELL, Karsongno Wongso Djaja, mengungkapkan bahwa dukungan kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membantu industri menghadapi tekanan ini, namun hingga kini hal tersebut belum terwujud.

Bank DBS Indonesia telah memberikan fasilitas kredit berbasis keberlanjutan atau sustainability-linked trade facility (SLTF) kepada PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR), salah satu emiten produsen benang pintal dan poliester yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebagai bagian dari grup Indorama Corporation Pte. Ltd, Singapura, INDR menerima fasilitas kredit sebesar US$10 juta dari Bank DBS pada tahun lalu. Dana ini akan digunakan untuk mendukung transisi energi dari pembangkit listrik tenaga batu bara ke sumber yang lebih ramah lingkungan serta meningkatkan efisiensi energi di pabrik Purwakarta.