Industri manufaktur Indonesia, terutama sektor padat karya seperti alas kaki dan tekstil, masih menghadapi tantangan serius meskipun terdapat indikasi pemulihan yang positif dalam beberapa sektor. Data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia untuk bulan Maret 2024 menunjukkan tanda-tanda positif dengan mencapai level ekspansif sebesar 54,2. Namun, pemulihan tersebut belum merata di seluruh sektor, terutama yang bergantung pada ekspor.
Ekonom Senior, Bambang Brodjonegoro, mencatat bahwa industri padat karya menghadapi tantangan yang signifikan dalam hal ekspor. Faktor-faktor seperti suku bunga yang tinggi dan persaingan pasar global yang ketat di sektor alas kaki dan tekstil menjadi hambatan utama.
Selain itu, turunnya permintaan ekspor juga telah mengakibatkan penurunan produksi dan penjualan, yang pada akhirnya berdampak pada pemotongan angkatan kerja dan potensi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Dalam dialog dengan Syarifah Rahma dalam acara Squawk Box CNBC Indonesia pada Rabu, 03 April 2024, Bambang Brodjonegoro dan Anggana Bunawan dari Kadin Indonesia membahas solusi yang diperlukan untuk mengatasi tantangan ini.
Salah satu solusi yang diusulkan adalah:
Diversifikasi Pasar: Mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor tertentu dengan melakukan diversifikasi pasar. Ini termasuk memperluas pasar domestik serta mencari peluang ekspor baru ke negara-negara yang memiliki permintaan yang meningkat untuk produk alas kaki dan tekstil.
Peningkatan Kualitas dan Inovasi: Investasi dalam peningkatan kualitas produk dan inovasi dalam desain dan teknologi produksi dapat membantu meningkatkan daya saing industri alas kaki dan tekstil Indonesia di pasar global.
Dukungan Pemerintah: Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan fiskal yang kondusif, insentif pajak, fasilitas kredit yang terjangkau, serta pelatihan keterampilan bagi pekerja agar dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas industri.
Kemitraan Industri: Membangun kemitraan yang kuat antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan untuk memastikan bahwa tenaga kerja memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi.
Pengembangan Pasar Domestik: Mendorong konsumsi produk dalam negeri dengan memperkuat branding dan promosi produk-produk lokal, serta memperluas distribusi di dalam negeri.
Dengan mengadopsi langkah-langkah ini, diharapkan industri alas kaki dan tekstil Indonesia dapat mengatasi tantangan yang dihadapi, meningkatkan daya saing, dan mengurangi risiko PHK dalam jangka panjang.
Pada 10 Maret 2024, Kementerian Perdagangan menerapkan kebijakan pembatasan impor melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 36 Tahun 2023 yang kemudian diubah menjadi Permendag Nomor 3 Tahun 2024. Langkah ini mendapat tanggapan positif dari Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), yang melihat dampak positif terhadap industri tekstil dalam negeri, meskipun belum secara signifikan.
Pemerintah Aragon telah mengeluarkan permohonan bantuan kepada sektor industri tekstil dan alas kaki, yang dianggap sebagai sektor maju dalam perekonomian regional. Kompetisi yang diselenggarakan pada tahun 2024 ini memiliki anggaran sebesar 250.000 euro, yang didanai secara bersama-sama oleh Pemerintah Aragon sebesar 150.000 euro dan dana ERDF sebesar 100.000 euro melalui Program Bantuan untuk Industri dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Aragon.
Page 245 of 324