Indonesia resmi mengambil alih kepemimpinan ASEAN Federation of Textile Industries (AFTEX) dari Kamboja dalam acara serah terima di Phnom Penh pada 28 Februari 2025. Selama dua tahun ke depan, Indonesia akan memimpin organisasi yang beranggotakan negara-negara ASEAN seperti Kamboja, Singapura, Thailand, Laos, Myanmar, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Industri tekstil Indonesia terus mengalami tekanan berat dengan banyaknya pabrik yang tumbang dalam beberapa tahun terakhir. Kasus terbaru menimpa PT Sri Rejeki Isman (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terbesar di Tanah Air, yang resmi dinyatakan pailit dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 9.604 karyawannya pada 26 Februari 2025. Keputusan ini berdampak pada ribuan pekerja di berbagai anak usaha Sritex, termasuk PT Sritex Sukoharjo, PT Primayuda Boyolali, PT Sinar Panja Jaya Semarang, dan PT Bitratex Semarang.

Dalam lima tahun terakhir, tingkat utilisasi sektor hulu industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), utilisasi hulu tekstil yang mencapai 66% pada 2021 turun menjadi 56% pada 2024. Penurunan ini terjadi di berbagai lini produksi, seperti serat yang mengalami penurunan dari 78% menjadi 65% dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton per tahun dan produksi aktual sekitar 1,1 juta ton per tahun. Sementara itu, utilisasi filamen hanya sekitar 35%-40%, turun dari 60% pada 2021, dengan kapasitas produksi 700.000 ton per tahun.