Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSYFI) mengapresiasi rencana pemerintah untuk mengenakan bea masuk impor tekstil sebesar 200 persen. Ketua Umum APSYFI, Redma Gita Wirawasta, mengungkapkan bahwa kebijakan ini dapat memberikan dorongan signifikan bagi industri tekstil nasional untuk kembali bangkit.
Industri tekstil Indonesia kini menghadapi tantangan besar dalam hal keberlanjutan, terutama terkait pengelolaan air limbah dan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksinya. Menyikapi hal ini, beberapa organisasi termasuk Testex, SGS, Primatek, dan Panta Rei menyelenggarakan seminar Program Zero Discharge of Hazardous Chemicals (ZDHC) di Bandung pada 9 Juli 2024. Seminar ini bertujuan untuk mendorong industri tekstil di Indonesia menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
Industri garmen di Indonesia kini berada dalam situasi gawat darurat. Ancaman dumping produk-produk asal China menjadikan Indonesia sebagai surga dumping, yang menyebabkan banyak pabrik tekstil di Indonesia terpaksa tutup dan mem-PHK ribuan pekerja. Salah satu contoh di Batam adalah PT Batam Bintan Apparel (BBA) yang gulung tikar tahun lalu, menyisakan hanya dua perusahaan tekstil, termasuk PT Ghim Li.
Page 197 of 324