SRIL and PBRX Issue Global Bond

Textile Stakeholders Request Strengthening Industrial Integration

Parliament Asks to Control Illegal Importation of Textiles

IKATSI Reveals Details of Import Violations

MOI Optimizes Sustainable Resources For Industrial Production

Britain Will Ban Imports From China

RPP on Industry and Trade is Less Favorable to Local

Textile Industry Optimistic Could Recover This Year

Trade Surplus, Textiles Industry Still in the Red Zone

APR Encourages Supply Chains as the Focus of the Road Map

Pakistan's Exports to Indonesia Supported by Textile Products

ARGO Optimistic Will Improve Performance in 2021

APSyFI : PLB Threatens to Eliminate US $ 8.3 Million Yarn Exports

Stake Holder : Textile Industry Needs Fundamental Changes

Industri tekstil Indonesia tengah dalam ekses penantian terkait pemberlakuan kebijakan larangan dan pembatasan (lartas) impor dari post-border ke border yang belum juga terealisasi. Keresahan ini disuarakan oleh pelaku industri pengolahan, yang merasa dampak dari kebijakan ini yang masih dalam proses transisi. Menurut Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan & Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko S. A Cahyono, penerapan lartas impor border memerlukan waktu transisi karena barang-barang telah diimpor dengan aturan yang lama. "Masa transisi ini diperlukan untuk mengakomodasi impor yang telah berlangsung dengan aturan sebelumnya," ungkapnya.

Industri tekstil di Bandung, salah satu pusatnya di Indonesia, mulai merasakan getaran aktivitas di tengah hiruk-pikuk tahun politik. Namun, pesanan yang diharapkan untuk mengalir deras dalam momentum politik ini tampaknya belum memberikan dampak yang signifikan. Menurut Ketua Komunitas Pertekstilan Majalaya Kabupaten Bandung, Aep Hendar, meskipun ada pesanan yang masuk, namun belum mencapai tingkat yang menggembirakan. "Pesanan ada, tapi belum ada banjir pesanan di masa kampanye politik yang akan berlangsung hingga Februari 2024," ujarnya.

Hari Belanja Online Nasional 12.12, yang dikenal sebagai Harbolnas, diperkirakan akan menghasilkan transaksi sebesar Rp 25 triliun selama tiga hari tersebut. Lonjakan ini menandakan berlanjutnya pertumbuhan perdagangan digital di tahun mendatang. Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), optimistis menargetkan transaksi Rp 25 triliun selama tiga hari mulai Minggu (12/10/2023) hingga Selasa (12/12/2023). Dua hari pertama akan menyaksikan beragam promosi, termasuk diskon, yang dirancang khusus untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).