Industri tekstil di Indonesia tengah menghadapi masa-masa sulit, dengan tanda-tanda krisis yang telah terlihat sejak lama. Pukulan telak baru-baru ini datang ketika PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu raksasa tekstil se-Asia Tenggara, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang pada Oktober 2024. Kejatuhan Sritex menambah daftar panjang pabrik tekstil yang tutup selama beberapa tahun terakhir.
Industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif yang signifikan sebesar 7,43% (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2024. Capaian ini terjadi di tengah tantangan besar yang melanda sektor ini, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan pabrik. Namun, kebijakan restriksi perdagangan seperti safeguard dan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) membawa angin segar bagi perkembangan industri tekstil nasional.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyampaikan aspirasi kepada Badan Legislasi (Baleg) DPR RI untuk memperluas cakupan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri, termasuk sektor tekstil. Hal ini dipandang penting mengingat industri tekstil saat ini harus membayar gas bumi dengan harga mencapai US$14 per metric british thermal unit (MMBTU), sementara dengan program HGBT, biaya tersebut dapat ditekan hingga US$6 per MMBTU.
Page 130 of 324