Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional semakin terpuruk akibat derasnya arus impor. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan pabrik terus berlanjut, dengan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menjadi salah satu korban terbaru. Perusahaan ini resmi menghentikan operasionalnya, menambah daftar lebih dari 60 pabrik yang sudah gulung tikar.

Industri tekstil dan garmen nasional tengah menghadapi tantangan besar yang berpotensi mengancam kelangsungan sektor ini. Dalam beberapa waktu terakhir, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal dan penutupan pabrik-pabrik besar menjadi realitas yang tidak bisa diabaikan. Jika tren ini terus berlanjut tanpa intervensi serius, bukan hanya industri strategis yang terancam hilang, tetapi juga dampak sosial dan ekonomi yang besar akan dirasakan oleh masyarakat.

Tiga investor telah menyatakan minat untuk menyewa fasilitas pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang telah dinyatakan pailit dan resmi tutup sejak 1 Maret 2025. Keputusan terkait penyewaan fasilitas ini kini berada di tangan tim kurator yang menangani Sritex.