Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk membangkitkan kembali kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri, meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan. Tantangan seperti pelemahan nilai tukar rupiah, daya beli masyarakat yang menurun, dan regulasi yang kurang probisnis tidak menyurutkan optimisme Kemenperin terhadap industri ini.
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mengungkapkan bahwa rencana pemerintah untuk meningkatkan tarif bea masuk guna menghambat impor tekstil dan produk tekstil (TPT) dari China tidak akan sepenuhnya efektif. Kebijakan tersebut dianggap kurang ampuh selama masih ada mafia impor yang mampu meloloskan produk ilegal murah ke pasar Indonesia.
Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri, mengemukakan dua alasan utama di balik tumbangnya sejumlah pabrik tekstil di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Pertama, keterbatasan biaya menjadi penghalang bagi industri tekstil untuk meningkatkan teknologi yang digunakan. Perusahaan-perusahaan tekstil besar di Jawa Barat, khususnya, enggan melakukan restrukturisasi mesin karena mahalnya biaya, termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) dan bunga pinjaman yang tinggi.
Page 126 of 248