Industri tekstil Indonesia kini menghadapi tantangan besar dalam hal keberlanjutan, terutama terkait pengelolaan air limbah dan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksinya. Menyikapi hal ini, beberapa organisasi termasuk Testex, SGS, Primatek, dan Panta Rei menyelenggarakan seminar Program Zero Discharge of Hazardous Chemicals (ZDHC) di Bandung pada 9 Juli 2024. Seminar ini bertujuan untuk mendorong industri tekstil di Indonesia menuju praktik yang lebih berkelanjutan.

Industri garmen di Indonesia kini berada dalam situasi gawat darurat. Ancaman dumping produk-produk asal China menjadikan Indonesia sebagai surga dumping, yang menyebabkan banyak pabrik tekstil di Indonesia terpaksa tutup dan mem-PHK ribuan pekerja. Salah satu contoh di Batam adalah PT Batam Bintan Apparel (BBA) yang gulung tikar tahun lalu, menyisakan hanya dua perusahaan tekstil, termasuk PT Ghim Li.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa pemerintah belum memiliki rencana untuk merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024. Pernyataan ini disampaikan sebagai respons terhadap banyaknya kritik dari pelaku usaha yang menilai kebijakan tersebut berdampak negatif pada industri tekstil.

PT Primissima (Persero), sebuah perusahaan tekstil BUMN yang didirikan pada tahun 1971, saat ini menghadapi krisis keuangan yang serius. Direktur Utama PT Primissima, Usmansyah, menjelaskan berbagai faktor yang menyebabkan krisis ini, yang akhirnya berdampak pada dirumahkannya ratusan pekerja sejak bulan lalu.

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono, mengusulkan pemerintah untuk memberlakukan kembali pertimbangan teknis (pertek) dalam rangka menyelamatkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) domestik. Langkah ini dinilai penting untuk segera membendung arus impor tekstil dari Cina yang semakin deras.