Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), sejak Januari hingga Mei 2024, sebanyak 20 hingga 30 pabrik telah gulung tikar, mengakibatkan 10.800 karyawan kehilangan pekerjaan. Kementerian Perindustrian juga melaporkan bahwa hingga Juni 2024, enam pabrik besar telah tutup, yaitu PT Dupantex, PT Kusumahadi Santosa, PT Kusuma Putra Santosa, PT Pamor Spinning Mills, PT Sai Aparel di Jawa Tengah, serta PT Alenatex di Jawa Barat, dengan total 11.000 buruh terkena PHK.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Danang Girindrawardana, menyatakan dukungannya terhadap pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Impor Ilegal oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Danang berharap Satgas ini mampu menegakkan hukum tanpa pandang bulu terhadap mafia impor yang sering kali mendapat dukungan dari oknum pejabat.

Tekstil dan produk tekstil mendominasi ekspor Bali selama periode Januari hingga Juni 2024. Total nilai ekspor tekstil dan produk tekstil pada periode tersebut mencapai 28.796.841,50 dolar AS atau sekitar Rp 466,8 miliar. Hal ini menjadikan tekstil dan produk tekstil sebagai komoditas teratas dari sepuluh besar komoditas ekspor Bali.

Krisis yang melanda industri tekstil nasional telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan pengelola kampus vokasi khusus tekstil. Penyerapan tenaga kerja yang rendah dan ancaman pengangguran menjadi momok yang menakutkan. Meskipun demikian, ada sebagian mahasiswa yang tetap optimis bahwa sektor ini akan kembali bangkit di masa depan.

Co-Founder Markamarie, Franka Soeria, menegaskan pentingnya inovasi dalam industri fashion. Seorang desainer fashion harus mampu menciptakan produk baru, termasuk penggunaan tekstil inovatif seperti kain anti sinar UV dan anti kerut. "Misalnya anti sinar UV, anti kerut, cara tekstilnya aja sudah berbeda kita mau pakai. Kemarin ada trend ecoprint, memakai dedaunan," kata Franka saat berbincang dengan PRO3 RRI pada Minggu (21/7/2024).