Industri fashion telah lama menjadi sorotan kritik terkait dampak lingkungan yang dihasilkannya. Namun, langkah terbaru dari raksasa fast fashion, H&M, menunjukkan pergeseran besar dalam fokus bisnis mereka. Dengan berkolaborasi dengan investor industri hijau seperti Vargas dan grup ekuitas swasta TPG, H&M telah meluncurkan proyek ambisius yang mengejar keberlanjutan: pabrik daur ulang poliester tekstil-ke-tekstil yang diberi nama Syre. Peluncuran proyek ini menjadi sorotan dalam dunia bisnis fashion. Munculnya Syre mengisyaratkan tekad H&M untuk mengejar masa depan industri fashion yang lebih ramah lingkungan. Namun, bagaimana proyek ini membedakan dirinya dari upaya-upaya sebelumnya dan apa tantangan yang harus dihadapinya?
Fesyen berkelanjutan bukan lagi sekadar tren, tetapi telah menjadi suatu konsep yang tak dapat diabaikan, baik oleh pelaku industri maupun konsumen fesyen. Memasuki tahun 2024, perhatian terhadap keberlanjutan dalam dunia fesyen semakin meningkat, menandai sebuah perubahan paradigma yang signifikan dalam industri ini. Tren fesyen yang diprediksi akan mendominasi tahun ini tidak hanya berkisar pada penampilan semata, tetapi juga menyoroti isu-isu keberlanjutan. Salah satu aspek yang akan semakin mendapat perhatian adalah sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan.
Kehadiran tokoh-tokoh potensial dalam kontestasi pemilihan kepala daerah (pilkada) di kawasan Soloraya dan Jawa Tengah semakin mencuat. Salah satu figur yang mulai memperoleh perhatian adalah CEO Kusuma Mulia Group, Rudy Indijarto Sugiharto. Dalam acara "Launching dan Luncheon Biografi Rudy Indijarto Sugiharto Naik Level Menjadi Pusat Solusi" yang berlangsung di Alila Hotel Solo pada Rabu (6/3/2024), Rudy menyatakan bahwa banyak pihak yang mengajaknya untuk turut serta dalam kepemimpinan Kota Solo. Alasannya sederhana: ia ingin dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat.
Page 303 of 364