Mahasiswa Program Studi Kriya Tekstil dan Fashion (KTF) Universitas Multimedia Bandung (UM Bandung) dari angkatan 2020 baru-baru ini menggelar pameran yang mengagumkan, yang mereka sebut sebagai Artma Kala Exhibition. Pameran ini berlangsung di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) di Jalan Naripan Nomor 06-09, Kota Bandung, Jawa Barat, dari tanggal Sabtu hingga Rabu, 17 hingga 21 Februari 2024. Dekan Fakultas Sosial dan Humaniora UM Bandung, Nanang Rizali, membuka acara dengan meresmikan pameran tersebut dengan gunting pita, dihadiri oleh para tamu undangan serta pengunjung pameran.

Teknologi dan industri tekstil telah menjadi dua elemen yang tidak terpisahkan dalam perkembangan industri kreatif di Indonesia. Terutama, ketika membahas tentang tenun tradisional, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia. Perpaduan antara teknologi modern dan keterampilan tradisional dalam pembuatan kain tradisional tidak hanya menjaga keaslian seni tenun, tetapi juga memungkinkan industri kreatif untuk terus berkembang. Dahulu, pembuatan kain tradisional dilakukan secara manual dengan alat tenun sederhana. Namun, dengan kemajuan teknologi, para pengrajin tradisional kini dapat memanfaatkan mesin tenun modern untuk mempercepat proses produksi tanpa mengorbankan kualitas kain. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi tetapi juga memungkinkan para pengrajin untuk menciptakan desain yang lebih rumit dan inovatif, serta memperluas pasar potensial untuk produk tekstil tradisional Indonesia.

Resesi ekonomi yang melanda Jepang dan Inggris ternyata tidak hanya menjadi masalah domestik bagi kedua negara tersebut, tetapi juga memiliki dampak yang dirasakan secara global, termasuk bagi ekspor Indonesia. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengungkapkan bahwa sektor tekstil, alas kaki, hasil laut, dan perikanan Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu yang terdampak secara signifikan oleh resesi tersebut. Menurut Eko, meskipun dampaknya masih terbatas pada tahap ini, namun beberapa sektor ekspor Indonesia, seperti tekstil, alas kaki, hasil laut, dan perikanan, kemungkinan akan merasakan pengaruhnya. Hal ini terutama terlihat seiring dengan menipisnya surplus dagang Indonesia.